Jakarta — Berawal dari nol, tanpa warisan dan pendidikan tinggi, hanya mengandalkan insting bisnis, John Fredriksen kini dikenal sebagai raja kapal tanker minyak dunia. Kisah perjalanan hidupnya menjadi salah satu inspirasi sukses dari bawah.
Portofolio bisnis Fredriksen terbilang luas. Meski fokus pada energi dan logistik maritim, gurita bisnisnya juga merambah ke agribisnis dan perikanan. Namanya pernah tercatat sebagai orang terkaya di Siprus, meski kini berada di peringkat kedua.
Menurut Forbes, kekayaan Fredriksen mencapai US$17,3 miliar atau sekitar Rp280 triliun dengan asumsi kurs Rp16.190 per dolar AS.
Lahir pada 10 Mei 1944 di Oslo, Norwegia, Fredriksen berasal dari keluarga pekerja. Ayahnya bekerja sebagai kasir di perusahaan asuransi. Saat dewasa, Fredriksen memulai karier sebagai clerk atau pegawai administrasi di sebuah perusahaan perkapalan Norwegia. Posisi rendah itu justru membuka jalan baginya untuk mengenal industri perkapalan dan perdagangan, sambil belajar banyak hal.
Pada akhir 1960-an, di usia 20-an tahun, Fredriksen pindah ke Beirut, Lebanon, yang saat itu menjadi pusat perdagangan minyak Timur Tengah, untuk mencoba peruntungan sebagai trader minyak mentah. Karena tidak memiliki modal besar, ia berperan sebagai calo (middleman), mendapat komisi dari setiap transaksi yang berhasil. Ia belajar membaca pasar, mengatur logistik pengiriman, dan bernegosiasi.
Lompatan besar terjadi pada awal 1980-an, ketika perang Iran-Irak meletus. Fredriksen membeli kapal tanker tua dengan harga murah lalu menyewakannya untuk mengangkut minyak di tengah konflik. Saat banyak pengusaha enggan melintas zona perang, Fredriksen justru melihat peluang besar. Ia berani mengoperasikan kapal-kapalnya di Teluk Persia meski terancam rudal dan ranjau. Karena risiko tinggi, tarif yang dipatok pun sangat mahal dan tetap laku.
Salah satu moto terkenalnya, buy when there’s blood in the water. Prinsip lain yang ia pegang: high risk, high reward. Karena itu ia dijuluki The Big Wolf dan The Viking Raider.
Keberanian di masa perang Iran-Irak menjadi titik balik yang mempercepat kesuksesannya. Ia mengakumulasi kekayaan besar dan kemudian membangun armada kapal tanker terbesar di dunia, dengan lebih dari 70 kapal.
Fredriksen juga mengembangkan usahanya ke berbagai sektor lain. Berikut adalah deretan perusahaannya: