Sebagai organisasi mahasiswa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jambi (UNJA) sudah 4 tahun mati dan BEM seluruh fakultas tampak mati dalam peran dan fungsinya.
Kebisuan sebagaian besar BEM fakultas adalah sebuah kemunduran demokrasi kampus yang sangat memprihatinkan Sementara kampus mengalami berbagai masalah, dari birokrasi yang lamban hingga fasilitas yang jauh dari memadai.
BEM sebagai perwakilan suara mahasiswa hanya diam dan tidak mengambil langkah berarti. Situasi ini tentu membuat mahasiswa merasa tidak memiliki perwakilan yang benar-benar peduli pada kondisi mereka.
Dan yang lebih parahnya lagi BEM fakultas Hukum yang menaungi jurusan ilmu sosial dan ilmu politik yang seharusnya menjadi tonggak demokrasi di Universitas Jambi malah memilih diam disaat kondisi BEM di UNJA makrak.
ironisnya, satu-satunya pihak yang terlihat masih memiliki jiwa untuk memperjuangkan perubahan adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
BEM FKIP menunjukkan sikap yang responsif terhadap permasalahan kampus dan berani menyuarakan kritik. Sayangnya, langkah mereka tidak diikuti oleh BEM fakultas lainnya, yang justru tampak absen atau hanya menjadi simbol tanpa tindakan nyata.
“Kami tidak ingin hanya menunggu tanpa berbuat apa-apa. Kami harus bersatu untuk memperjuangkan hak kami,” ujar Arya Ketua BEM FKIP dalam rilis nya Jum’at (01/11/2024).
Di saat kampus seharusnya menjadi wadah untuk mengasah jiwa kepemimpinan dan kepedulian sosial, matinya peran BEM ini menjadi cermin dari lemahnya budaya organisasi dan minimnya semangat kritis mahasiswa. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka akan semakin sulit bagi mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi, dan kampus akan jauh dari perbaikan.
Mari kita berpikir, apakah kita akan terus diam sementara kondisi kampus semakin buruk? Saya selaku mahasiwa UNJA mengajak seluruh mahasiswa Universitas Jambi untuk tidak tinggal diam. Saatnya mahasiswa UNJA membuka mata dan sadar bahwa kebisuan bukanlah solusi.
*Penulis adalah salah seorang mahasiswa UNJA.