Penulis : Redaksi

Palembang – Hari Bumi bukan sekadar peringatan simbolik, ia adalah panggilan untuk bertindak. Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, Sumatera berdiri di persimpangan: Transisi energi atau perlahan punah di bawah bayang-bayang ketamakan.

Pulau Sumatera, yang dulu dikenal sebagai rumah bagi hutan tropis lebat dan keanekaragaman hayati yang luar biasa, kini terancam oleh ekspansi energi kotor. Salah satu ancaman terbesar adalah sumber energi listrik di Sumatera didominasi oleh PLTU batubara, yang tidak hanya merusak lingkungan secara lokal, tetapi juga mempercepat krisis iklim secara global.

Emisi karbon, perusakan ekosistem, konflik lahan, serta dampak kesehatan masyarakat adalah harga mahal yang harus dibayar demi sumber energi yang usianya sudah seharusnya berakhir.

Tema “Sumatera Menolak Punah” diangkat pada Hari Bumi adalah bentuk penegasan sikap. Ini adalah seruan untuk melawan kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan hidup, menolak sumber energi yang mengorbankan generasi masa depan, dan memperjuangkan transisi energi bersih, adil dan berkelanjutan.

Melalui rangkaian kegiatan Hari Bumi 2025 ini yang dilakukan di kota palembang, kami dari Koalisi Sumatera Menolak Punah ingin menghadirkan ruang kolaborasi, edukasi, dan mobilisasi aksi yang menempatkan Sumatera sebagai barisan terdepan dalam perlawanan terhadap krisis iklim. Sebagai koalisi transisi energi, jaringan energi berkeadilan jambi turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan khususnya di wilayah provinsi jambi, dari 167 izin usaha pertambangan batu bara, 66 diantaranya sudah habis masa izin, namun belum satupun tambang batu bara yang direklamasi, kemudian candi muaro jambi yang sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional hari ini digerogoti oleh stockpile batu bara, di lain tempat masyarakat desa semaran kabupaten sarolagun setiap saat menghirup polusi hasil pembakran batu bara oleh PT. Permata prima elektrindo.

Jalan nasional Sepanjang jalur lintas sarolangun, muara tembesi hingga tempino rusak akibat angkutan batu bara bahakan sudah menghilangkan setidaknya 120 nyawa akibat laka lantas dengan truk batu bara. Tidak hanya itu, aliran sungai batang hari terdapat 7 kali kecelakaan tongkang batu bara menambarak tiang jembatan.