Jakarta — Bos Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengklaim minyak jelantah dari program makan bergizi gratis (MBG) bisa dijual mahal.

“Termasuk yang mengambil jelantahnya. Kan banyak tuh digunakan minyak ya (dalam program MBG). Jelantahnya bisa ditampung, kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi,” ungkapnya dalam BGN Talks Episode 1, Sabtu (31/5).

“Kenapa, karena akan digunakan untuk bioavtur kan untuk pesawat terbang,” sambung Dadan.

Menurutnya, multiplier effect juga akan dirasakan melalui sampah organik dari MBG. Dadan mencontohkan ada banyak pihak yang memanfaatkan sampah tersebut untuk makanan maggot sampai pupuk organik.

Ia mengaku sudah mendengar banyak cerita positif dari sejumlah daerah. Dadan menyebut ada anak-anak muda yang semula bekerja serabutan sekarang menjadi pengelola sampah organik dari program makan bergizi.

“Dan sekarang itu cukup menarik program makan bergizi ini karena beberapa restoran yang sudah declining dari segi bisnisnya ya, misalnya seperti yang di Cibubur itu ada restoran seafood yang ramainya hanya Sabtu-Minggu. Mungkin customer-nya sebulan tidak akan lebih dari 1.000, sekarang dia berubah menjadi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan fixed customer 3.000 per hari,” beber Dadan.

“Ada hotel yang tiba-tiba berubah menjadi SPPG. Ada catering di Halmahera sana yang mungkin mendapatkan ordernya hanya 4 kali-5 kali sebulan, sekarang mengelola 3.500 customer (MBG) fixed setiap hari, jadi mereka senang sekali. Kemudian, di Jawa Tengah ada tiba-tiba bekas gudang padi yang memang sudah tidak digunakan (berubah) menjadi SPPG,” sambungnya.