Hal ini pun menuai keluhan, sebab akses jalan di sejumlah titik areal sekitar candi tersebut sedari dulunya juga dipergunakan masyarakat sekitar sebagai akses menuju kebun atau sawah. Sekaligus akses untuk mengangkut hasil panen masyarakat.
“Inikan bingung kita jadinya. Jalan-jalan ini dulunya hibah dari warga kami, di cor lah dulu dengan dana Pokir dari anggota Dewan yang dari sini. Ini sekarang udah diganti turpave gabisa lagi kita ngangkut hasil panen,” “Mereka bongkar-bongkar jalan kita mau ke kebun. Tapi ga ada jalan alternatif yang dikasih sama kita. Kan bingung,” ujarnya.
Sementara itu diperoleh juga informasi bahwa terdapat beberapa bidang lahan yang dibebaskan di areal sekitar candi tersebut guna pembangunan akses jalan turpave yang mengelilingi areal, namun pelaksana dan pemilik paket proyek seolah tak peduli dengan akses jalan bagi masyarakat.
Sebab tak ada jalan alternatif yang tersedia setelah mereka mengobrak-abrik jalan umum yang sebelumnya. Tanpa adanya sosialisasi, hingga kini perwakilan masyarakat sekitar pun mengaku tidak mengetahui sama sekali apa saja item-item pengerjaan dari proyek bernilai ratusan milliar yang kini sedang berlangsung di kampung halamannya itu. (*)