Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan alasan mengapa hujan semakin sering turun di beberapa wilayah Indonesia pada akhir tahun ini. Menurut BMKG, fenomena alam yang terjadi saat ini menyebabkan cuaca ekstrem di Tanah Air.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa Indonesia kini tengah berada dalam kondisi yang cukup spesial, di mana dua fenomena iklim terjadi bersamaan, yaitu La Nina lemah dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.
Ardhasena menyebutkan bahwa fenomena La Nina lemah di Samudra Pasifik tercatat pada akhir November 2025, dengan indeks -0,77. Hal ini ditandai dengan penurunan suhu di wilayah Pasifik Tengah, yang berkontribusi pada peningkatan curah hujan di Indonesia.
Selain itu, fenomena IOD negatif yang terdeteksi di Samudra Hindia sebelah barat Indonesia, dengan indeks -0,83, menyebabkan suhu laut di kawasan tersebut lebih dingin dibandingkan dengan bagian timur Samudra Hindia. Kedua fenomena ini saling berinteraksi, meningkatkan frekuensi hujan di Indonesia.
“Kondisi latar belakang ini yang menyebabkan Indonesia mengalami curah hujan yang cukup tinggi,” kata Ardhasena dalam konferensi pers Climate Outlook 2026 secara daring, pada Selasa (23/12).
Pengaruh Laut Terhadap Iklim Indonesia
Ardhasena menjelaskan bahwa iklim Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi laut di sekitarnya, seperti Samudra Pasifik di sebelah timur dan Samudra Hindia di sebelah barat. BMKG memantau kondisi tersebut untuk memprediksi perubahan iklim yang akan datang.
Dengan adanya fenomena La Nina lemah dan IOD negatif, Indonesia berada dalam kondisi yang sedikit lebih dingin di sekitarnya, sementara suhu wilayah Indonesia sendiri cenderung lebih hangat. Anomali suhu permukaan laut di kawasan ini bahkan mencapai lebih dari 2 derajat Celsius, yang mengarah pada pelepasan banyak panas dan akhirnya menyebabkan curah hujan yang tinggi.
“Anomali suhu permukaan laut ini lebih dari 2 derajat Celsius, yang menyebabkan kita melepaskan banyak panas dan berkontribusi pada banyaknya hujan di Indonesia,” ujar Ardhasena. “Dengan konfigurasi geografi yang memiliki banyak pegunungan, fenomena ini berfungsi seperti mesin uap yang membantu mengatur kondisi iklim dunia,” tambahnya.

