Jakarta — Israel masih menutup perbatasan Rafah, yaitu jalur utama antara Gaza dan Mesir, meskipun gencatan senjata dengan Hamas telah diberlakukan.

Kebijakan sepihak Israel tersebut membuat akses bagi warga maupun bantuan kemanusiaan masih tertutup ke wilayah Gaza.

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pembukaan kembali perbatasan Rafah akan bergantung pada pemulangan jenazah sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas.

“Perdana Menteri Netanyahu telah memerintahkan agar perbatasan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” demikian pernyataan resmi yang dikutip dari AFP, Sabtu (18/10).

“Pembukaan kembali perbatasan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya untuk memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta untuk melaksanakan ketentuan gencatan senjata yang telah disepakati,” lanjut pernyataan tersebut.

Rencana Pembukaan Perbatasan oleh Mesir

Sebelumnya, Kedutaan Besar Palestina di Mesir mengumumkan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka kembali pada Senin untuk memungkinkan warga Palestina yang berada di Mesir kembali ke Gaza.

Namun, pihak Israel pada Kamis lalu menegaskan bahwa jika perbatasan Rafah dibuka kembali, penyeberangan tersebut hanya akan diperuntukkan bagi pergerakan manusia, bukan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Israel Caplok Rafah Sejak Mei 2024

Israel telah mencaplok wilayah perbatasan Rafah sejak 7 Mei 2024. Pemerintah Israel berdalih bahwa fasilitas tersebut digunakan untuk aktivitas terorisme dan penyelundupan senjata.
Sejak saat itu, semua akses melalui penyeberangan Rafah ditangguhkan, termasuk bagi personel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perbatasan Rafah sempat dibuka kembali pada 19 Januari 2025 selama periode gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun kini, pasca gencatan senjata baru yang dimulai pada 11 Oktober 2025, perbatasan tersebut kembali ditutup atas perintah Netanyahu.