Jakarta – Tim Ekspedisi Patriot (TEP), yang terdiri dari 2.000 peneliti, baru saja menyelesaikan misi penelitian selama empat bulan di 154 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia. Para peneliti yang tersebar dari Sabang hingga Merauke sejak Agustus hingga Desember 2025 ini kini kembali ke Jakarta untuk memaparkan hasil riset mereka.

Peneliti yang terlibat dalam misi ini berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama, termasuk ITB, UGM, IPB, UI, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh November, dan 17 perguruan tinggi negeri lainnya di seluruh Indonesia.

Tim peneliti ini terdiri dari 42 guru besar, 358 doktor, 846 sarjana, serta 754 mahasiswa yang meneliti berbagai aspek terkait potensi ekonomi, sumber daya alam, evaluasi infrastruktur, dan penataan organisasi ekonomi di kawasan transmigrasi.

Pada acara Diseminasi Hasil Riset dan Rekomendasi Kebijakan TEP yang berlangsung di Jakarta pada Jumat (20/12), Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans), Viva Yoga Mauladi, menyampaikan apresiasi terhadap hasil kerja tim ini. Menurutnya, hasil riset ini sangat penting dalam merumuskan kebijakan transmigrasi di masa depan.

“Kerja sama antara Kementerian Transmigrasi dan berbagai perguruan tinggi merupakan bagian dari transformasi program transmigrasi yang lebih modern,” ungkap Viva Yoga dalam keterangannya, Sabtu (20/12).

Pentingnya Diseminasi Riset untuk Kebijakan yang Tepat

Viva Yoga juga menekankan pentingnya diseminasi hasil riset serta rekomendasi kebijakan agar masyarakat dapat memahami dampak positif dari kolaborasi antara perguruan tinggi dan Kementerian Transmigrasi.

Ia menjelaskan bahwa kehadiran tim peneliti di kawasan transmigrasi bukan hanya untuk mengumpulkan data, tetapi juga untuk mengidentifikasi kondisi riil di lapangan. Selain itu, tim peneliti juga memberikan solusi langsung kepada warga transmigran dan masyarakat setempat.

“Masing-masing dari 154 lokasi penelitian memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Faktor geografi, topografi, potensi ekonomi, serta kondisi sosial dan budaya menjadi tantangan yang dihadapi TEP dalam penelitian,” tambahnya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa kehadiran tim peneliti telah memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat transmigrasi.

Tindak Lanjut Hasil Penelitian untuk Pembangunan Berkelanjutan

Hasil riset dan rekomendasi kebijakan yang dihasilkan oleh TEP nantinya akan ditindaklanjuti oleh Kementerian Transmigrasi dan juga disampaikan kepada kementerian dan lembaga terkait lainnya. Pasalnya, pembangunan kawasan transmigrasi memerlukan kolaborasi lintas sektor.

Selama ini, Kementerian Transmigrasi telah menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga, antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian ATR/BPN, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan, KADIN, dan PNM.

Viva Yoga menegaskan bahwa pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto akan terus mengedepankan koordinasi dan integrasi antar kementerian dan lembaga. Pendekatan ini diyakini akan memastikan efektivitas kebijakan dan mendukung pembangunan kawasan transmigrasi sebagai bagian dari penguatan ekonomi wilayah.

Harapan untuk Tahun Depan

Pada kesempatan yang sama, Wamentrans Viva Yoga juga memberikan apresiasi atas dedikasi semua anggota TEP yang telah bekerja keras selama menjalankan penelitian di lapangan. Ia berharap agar hasil riset yang telah disusun tidak hanya berhenti sebagai catatan akademik, melainkan menjadi dasar penting dalam perumusan kebijakan dan program transmigrasi untuk tahun 2026.

“Kami akan melanjutkan kerja sama dengan perguruan tinggi di tahun depan,” tutupnya.