Penyebab Penurunan Produksi dan Langkah Perbaikan
Penurunan produksi jagung sebesar 60,6% ini memerlukan kajian cepat. Beberapa faktor yang perlu segera ditelusuri antara lain:
-
Faktor iklim/musim – apakah ada gangguan seperti kemarau atau banjir yang memengaruhi masa tanam?
-
Ketersediaan input – ketersediaan benih unggul, pupuk, dan alat mesin pertanian yang memadai.
-
Teknis budidaya – penerapan pola tanam yang efisien, pengendalian hama/penyakit, serta penerapan teknik tanam modern.
-
Akses pasar dan harga – kepastian pembelian hasil panen dan efisiensi rantai pasok.
Untuk merespons penurunan ini, beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat dijalankan Pemkab Muaro Jambi antara lain:
-
Program bantuan benih unggul dan pupuk bersubsidi, terarah ke zona produksi prioritas.
-
Skema contract farming bersama offtaker atau koperasi untuk memastikan pasar dan harga panen yang stabil.
-
Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian serta pelatihan teknis bagi kelompok tani.
-
Perluasan alat mekanis pascapanen (seperti mesin pemipil) untuk mengurangi kerugian pascapanen.
Tanggapan Komunitas dan Peran Bumdes
Ketua Bumdes Sakean Sejahtera mengungkapkan bahwa kegiatan Panen Raya Tematik Jagung Hebrida ini bukan hanya merayakan hasil panen, tetapi juga sebagai ajang sosialisasi teknologi pertanian dan distribusi alat bantu bagi petani. “Dengan alat pemipil ini, kami berharap proses pengolahan jagung lebih cepat dan mengurangi kehilangan hasil,” ujar perwakilan kelompok tani.
Acara ini juga menegaskan dua hal: pertama, potensi produksi lokal masih ada, dan kedua, penurunan signifikan produksi jagung pada tahun lalu harus menjadi perhatian serius bagi pembuat kebijakan. Bantuan alat, dukungan dari institusi seperti Polres, serta inisiatif dari Bumdes menjadi langkah awal yang baik. Namun, diperlukan program berkelanjutan untuk memulihkan dan meningkatkan produksi jagung di Muaro Jambi.

