Jakarta – Wilayah Sumatra Selatan, Bengkulu, hingga Lampung diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat selama sepekan ke depan. Kondisi ini dipicu oleh keberadaan Bibit Siklon Tropis 91S yang saat ini aktif di Samudra Hindia bagian barat.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan untuk periode 09-15 Desember 2025, dinamika atmosfer yang terjadi dalam sepekan ke depan menunjukkan bahwa Bibit Siklon Tropis 91S berpotensi memberikan dampak tidak langsung berupa hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung.

“Periode November-Desember 2025 hingga awal 2026 biasanya merupakan fase rentan terhadap pembentukan bibit siklon tropis di perairan selatan Indonesia,” jelas BMKG.

Selain Bibit Siklon Tropis 91S, BMKG juga mengamati Bibit Siklon Tropis 93W yang terpantau di Kepulauan Samar, Filipina, utara Sulawesi Utara. Kedua fenomena ini berkontribusi pada meningkatnya intensitas hujan di sepanjang pesisir barat Sumatra dan Sulawesi Utara.

Selain itu, sirkulasi siklonik yang terpantau di Kalimantan Barat, serta belokan dan perlambatan angin di sekitar Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, berpotensi menyebabkan hujan lebat hingga sangat lebat. Sejumlah wilayah, seperti Paloh di Kalimantan Barat dengan curah hujan mencapai 147,2 mm/hari, Kertajati di Jawa Barat dengan 84 mm/hari, dan Lombok, NTB dengan 71 mm/hari, sudah mengalami dampaknya.

BMKG juga menjelaskan bahwa kombinasi berbagai fenomena atmosfer pada skala global, regional, dan lokal turut mempengaruhi cuaca di Indonesia dalam sepekan ke depan.

Pada skala global, Dipole Mode Index (DMI) tercatat pada nilai -0,46, yang menandakan adanya potensi pembentukan awan hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian barat. Selain itu, suhu muka laut yang hangat di pesisir barat Sumatra dan Papua serta kondisi La-Nina yang lemah (ditandai dengan nilai Nino 3.4 sebesar -0,91 dan Southern Oscillation Index (SOI) +3,7) dapat meningkatkan potensi hujan di wilayah Indonesia bagian timur.

Sementara itu, Madden-Julian Oscillation (MJO) diprediksi berada pada fase 8 (Western Hemisphere and Africa), yang diperkirakan tidak akan berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Namun, kombinasi antara MJO, Gelombang Kelvin, dan Gelombang Rossby Ekuator diperkirakan akan aktif di beberapa wilayah, seperti Aceh bagian selatan, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Selat Malaka, serta Perairan Kepulauan Natuna. Dinamika atmosfer ini akan berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas konvektif dan potensi hujan di wilayah-wilayah tersebut.

BMKG juga memprediksi terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia Barat Aceh, yang akan membentuk daerah perlambatan angin (konvergensi) memanjang di Perairan Barat Aceh hingga Sumatra Utara dan di Laut Andaman. Keadaan ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan secara signifikan, terutama di sekitar bibit siklon tropis atau sirkulasi siklonik, serta di sepanjang daerah konvergensi dan konfluensi tersebut.