Jakarta — Direktur Museum Louvre, Laurence des Cars, menyatakan bahwa perampokan permata berharga yang terjadi baru-baru ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan CCTV di luar museum. Pernyataan ini disampaikan des Cars saat diinterogasi oleh senator pada Rabu (22/10).

Des Cars mengungkapkan bahwa meskipun semua alarm berfungsi dengan baik pada saat pencurian terjadi, jangkauan kamera CCTV di luar museum tidak cukup untuk memantau titik masuk para pencuri. “Satu-satunya kamera yang dipasang diarahkan ke barat. Oleh karena itu, kamera tersebut tidak mencakup balkon yang dibobol,” kata des Cars dalam keterangannya yang dilaporkan oleh AFP.

Selain itu, des Cars juga mengakui bahwa pengawasan terhadap dinding luar museum hanya menggunakan beberapa kamera tua yang saat ini sangat tidak memadai. Pengakuan ini merupakan pernyataan pertama des Cars di hadapan publik sejak pencurian permata senilai 88 juta euro atau sekitar Rp1,6 triliun (kurs 1 euro = Rp19.280) yang terjadi pada Minggu (19/10) lalu.

“Walau kami telah berusaha keras dan bekerja keras, kami gagal,” ucap des Cars dengan penuh penyesalan.

Cara Pencurian Dilakukan

Pencuri berhasil melancarkan aksinya dengan menggunakan tangga yang dipasang pada truk pengangkat furnitur curian, yang biasanya digunakan oleh para tukang pindahan. Mereka kemudian menggunakan peralatan pemotong untuk masuk ke galeri melalui jendela. Menurut des Cars, pencuri memecahkan lubang kecil pada “lemari perhiasan mewah” yang menyimpan permata kekaisaran. “Kacanya pecah dan para pencuri berhasil memasukkan tangan mereka,” kata des Cars.

Di antara barang-barang yang berhasil dirampas oleh para pencuri, mereka menghancurkan sebuah mahkota yang dilapisi lebih dari 1.300 berlian dan lebih dari 50 zamrud. Mahkota tersebut diambil dari etalase yang terbuat dari kaca yang pecah. Des Cars mengatakan bahwa mahkota tersebut tampaknya mengalami kerusakan paling parah saat dikeluarkan dari etalase, namun penilaian awal menunjukkan bahwa mahkota tersebut bisa direstorasi.