Surabaya — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menetapkan status siaga di 38 kabupaten/kota sebagai langkah antisipasi menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diprediksi melanda sejumlah wilayah.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Madya BPBD Jatim, Sriyono, mengatakan keputusan ini merupakan tindak lanjut dari prediksi BMKG Juanda yang menyebutkan cuaca ekstrem berpotensi terjadi di 22 daerah Jawa Timur.
“Dari BPBD Provinsi Jawa Timur menindaklanjuti kepada seluruh kepala BPBD kabupaten/kota untuk melakukan siaga. Namanya ramalan itu bisa berubah, sehingga kesiapan kami tidak hanya 22 tapi 38 kabupaten/kota,” kata Sriyono di Surabaya, Sabtu (13/9).
Sriyono memastikan berbagai persiapan sudah dilakukan. Peralatan dan logistik telah disalurkan ke BPBD kabupaten/kota, termasuk tenda, perahu, dan kebutuhan makanan. Selain itu, seluruh BPBD di daerah maupun provinsi akan bersiaga 24 jam penuh.
“Sehingga persiapan itu matang, InsyaAllah BPBD siap 24 jam semuanya, termasuk provinsi,” ujarnya.
Prediksi Cuaca Ekstrem BMKG
BMKG Juanda memprediksi cuaca ekstrem berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es. Kondisi ini diperkirakan berlangsung dalam periode sepekan, hingga 17 September 2025.
Saat ini Jawa Timur masih dalam musim kemarau, namun terdapat potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem yang dapat berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat. Fenomena ini dipicu gangguan gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, serta gangguan atmosfer Low Frequency.
Wilayah Berisiko Bencana Hidrometeorologi
Sejumlah daerah di Jawa Timur yang diperkirakan terdampak antara lain:
-
Bondowoso
-
Jember
-
Jombang
-
Kediri
-
Batu
-
Malang
-
Lumajang
-
Madiun
-
Mojokerto
-
Nganjuk
-
Pasuruan
-
Probolinggo
-
Situbondo
-
Magetan
-
Ngawi
-
Ponorogo
-
Pacitan
-
Bojonegoro
-
Tuban
-
Banyuwangi
-
Trenggalek
Wilayah dengan topografi curam, bergunung, dan tebing diminta lebih waspada karena rawan banjir, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, berkurangnya jarak pandang, hingga banjir bandang.