Kronologi versi keluarga menyebutkan bahwa korban sempat menelepon sekuriti pasar bernama Feri untuk meminta bantuan setelah cekcok dengan pelaku. Feri pun datang untuk melerai, namun justru ikut menjadi korban. Ia mengalami luka serius hingga harus menerima hampir 30 jahitan. Hingga kini, belum ada itikad baik atau tanggung jawab dari pihak pelaku terhadap sekuriti pasar tersebut.

Feri membenarkan bahwa dirinya hanya mencoba melerai. “Saya tidak menyerang, saya hanya pisahkan mereka. Tapi saya malah kena tikam juga,” ujarnya singkat.

Pisau yang digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa korban pun disebut bukan pisau biasa seperti yang lazim digunakan untuk memotong pempek. “Itu pisau panjang, tajam sekali. Bukan pisau dapur biasa,” ujar salah satu warga yang turut menyaksikan peristiwa tersebut.

Sementara itu, seorang warga sekitar bernama Ismira menyatakan bahwa korban bukan preman. “Saya sering lihat dia, orangnya tenang. Tidak pernah cari masalah, malah sopan kalau berpapasan,” katanya.

Warga lain pun ikut mengonfirmasi. “Kalau dia preman, pasti banyak orang sudah ribut soal itu dari dulu. Ini baru pertama kali kami dengar tudingan seperti itu,” katanya.

Pihak keluarga juga menegaskan bahwa proses hukum terhadap pelaku telah ditindaklanjuti oleh Polresta Jambi. Mereka meminta agar pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya dan seadil-adilnya sesuai dengan hukum yang berlaku. “Kami lah yang teraniaya. Kami yang kehilangan. Tolong, jangan lukai kami lagi dengan berita dan komentar yang tidak benar,” pungkas istri korban.