Jakarta — Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), dan dunia usaha dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor ketenagakerjaan.
Pernyataan tersebut disampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin (FSP LEM SPSI) yang berlangsung di Karawang, Senin (1/9). Menurut Yassierli, terdapat tiga pekerjaan rumah utama yang harus segera dituntaskan, yakni: pembaruan regulasi, penguatan Gerakan Produktivitas Nasional, serta peningkatan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling) tenaga kerja.
Menaker mengungkapkan bahwa berbagai isu ketenagakerjaan masih memerlukan solusi yang komprehensif, mulai dari upah minimum (UM), tenaga kerja asing (TKA), perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), sistem outsourcing, hak cuti, hingga persoalan pesangon dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Saya melihat ini adalah tantangan sekaligus kesempatan bagi kita semua untuk menghadirkan masa depan bangsa, bagi anak cucu kita,” ujar Yassierli.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa hubungan industrial yang harmonis belumlah cukup. Dunia kerja di Indonesia, kata dia, harus bertransformasi menuju hubungan industrial yang lebih progresif, dengan produktivitas sebagai kunci utama.
“Produktivitas kita masih 10 persen di bawah rata-rata ASEAN. Mimpi besar saya, SP/SB menjadi champion produktivitas, menjadi ahli dan konsultan, bahkan ikut mengampanyekan budaya kerja produktif,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menginisiasi pelatihan untuk mencetak ahli produktivitas. Yassierli berharap FSP LEM SPSI dapat ikut serta dalam program Training of Trainers (ToT), sehingga pelatihan tersebut dapat menjangkau lebih luas ke seluruh wilayah Indonesia.
Selain fokus pada produktivitas, peningkatan kompetensi pekerja juga menjadi pekerjaan rumah strategis. Untuk itu, keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) atau Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) akan terus diperluas di berbagai daerah.
“Kami terus memperbarui kurikulum melalui SKKNI agar relevan dengan kebutuhan industri. Balai-balai itu harus dimanfaatkan tidak hanya oleh pencari kerja, tetapi juga serikat pekerja untuk upskilling dan reskilling,” terang Yassierli.
Dalam mendukung upaya ini, Kemnaker mencanangkan slogan A Nice Place to Grow sebagai simbol ruang pengembangan kapasitas pekerja secara berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa peningkatan produktivitas menjadi faktor krusial untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
“Produktivitas nasional harus meningkat hingga 260 persen, agar Indonesia dapat sejajar dengan negara maju,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Yassierli menyampaikan optimisme terhadap sinergi antara teknologi dan manusia.
“AI bukan untuk menggantikan kita, tapi untuk mendukung kita. Dengan kolaborasi pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja, saya yakin kita bisa mewujudkan lompatan besar itu,” pungkasnya.