GoLaxy dan Propaganda Digital
Berbeda dengan Geedge, GoLaxy fokus pada manajemen persepsi dan propaganda. Sistemnya menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis media sosial, memetakan hubungan antar-influencer, dan menghasilkan konten untuk kampanye terstruktur.
Dokumen bocoran menunjukkan pitch deck, target penjualan, hingga keluhan internal, yang menggambarkan bagaimana pemasaran berpadu dengan manipulasi. Teknologi ini mampu menyimulasikan dukungan akar rumput, mendiskreditkan pengkritik, serta membanjiri ruang digital dengan disinformasi.
Mesin propaganda PKC telah berevolusi, dari sekadar slogan dan poster menjadi bot otomatis dan dashboard canggih.
Ekspor Model Represi
Ekspor teknologi pengawasan ini menimbulkan kekhawatiran global. Negara-negara dengan rezim otoriter atau instabilitas politik, mulai dari Iran hingga sejumlah negara Afrika, semakin mengandalkan perusahaan China untuk infrastruktur digital mereka.
Strategi ekspor ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga bagian dari ambisi geopolitik PKC. Dengan menanamkan teknologi ke dalam sistem pemerintahan negara lain, China memperluas pengaruh ideologis dan menciptakan ketergantungan yang melemahkan norma demokrasi.
Perusahaan teknologi di China pun dinilai lebih dihargai karena kepatuhan ideologis dibanding sekadar keunggulan teknis. Kontrak dipengaruhi loyalitas pada partai, hubungan akademis, hingga manfaat politik.
Tantangan Bagi Demokrasi
Kondisi ini membentuk lingkaran umpan balik berbahaya: semakin perusahaan bersaing membangun alat kontrol, semakin kuat pula sarana represi yang dimiliki PKC. Ketika produk tersebut laku di pasar internasional, investasi dan ekspansi makin sulit dihentikan.
Kompleks industri-pengawasan China kini menjadi ancaman multidimensi bagi demokrasi. Modelnya modular, komersial, dan adaptif, sehingga mudah berkembang lintas batas. Perpaduan kontrol negara dan sektor swasta mengaburkan batas antara publik-pribadi, domestik-asing, serta keamanan-perdagangan.
Untuk merespons, negara demokratis perlu memperkuat ketahanan digital, mendiversifikasi rantai pasok, mendukung solusi open-source, serta mendorong kerja sama multilateral guna mengatur ekspor otoritarianisme.
Tanpa langkah strategis, model otoritarianisme teknologi ala China berpotensi terus meluas, menjelma sebagai ancaman serius bagi kedaulatan masyarakat terbuka di seluruh dunia.