“Waktu perempuan haid, artinya tubuh sedang meluruhkan benih yang tidak dibuahi. Nah, benih itu bagian dari sistem reproduksi. Larangan ibadah bukan karena darahnya kotor, tapi karena tubuh sedang dalam fase pengeluaran benih yang tidak jadi janin,” ujar Kemal.

Kemal juga menyoroti anggapan bahwa darah menstruasi bisa menularkan penyakit. Menurutnya, hal tersebut tak sepenuhnya benar atau salah.

Kemal menjelaskan bahwa semua cairan tubuh manusia, termasuk air liur, urine, hingga feses, memiliki potensi mengandung kuman. Namun, bukan berarti semuanya berbahaya.

“Tubuh manusia tidak steril. Semua cairan yang keluar dari tubuh pasti mengandung kuman, tapi bukan berarti kuman itu menyebabkan penyakit,” tegasnya.

Dalam kondisi normal, darah menstruasi tidak menularkan penyakit apa pun. Terkecuali, jika si perempuan mengidap penyakit yang menular melalui darah seperti hepatitis dan HIV.

“Darah haid bukan lah darah kotor atau sumber penyakit, kita bisa lebih menghargai tubuh perempuan dan menghapus stigma yang keliru ini,” katanya.