Jakarta — Masih banyak orang menyebut darah haid sebagai ‘darah kotor’. Tak jarang menstruasi juga dianggap menjijikkan, berbahaya, atau pembawa penyakit.
Mitos ini membuat sebagian perempuan merasa malu saat datang bulan, apalagi jika darah sampai ‘tembus’ dan mengenai pakaian.
Tak sedikit pula yang khawatir akan tertular penyakit jika terkena darah haid. Tapi, benarkah menstruasi adalah darah kotor?
Menurut dokter spesialis kandungan dan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi di FKUI RSCM Achmad Kemal Harzif, anggapan bahwa darah haid adalah ‘darah kotor’ tidak lah tepat.
Istilah ‘darah kotor’ telah ada sejak lama dan digunakan secara turun-temurun. Padahal secara medis, haid bukan lah proses pengeluaran darah kotor.
“Darah menstruasi itu berasal dari jaringan dinding rahim yang luruh, bukan darah kotor dalam arti sebenarnya,” jelas Kemal dalam acara KnowYourFlow, Kenali Perdarahan Menstruasi Berat dan LNG -IUS untuk Terapi Perdarahan Menstruasi Berat yang digelar Bayer di kawasan Jakarta Selatan, Senin (26/5).
Menurut Kemal, setiap bulan tubuh perempuan mempersiapkan kehamilan dengan membentuk lapisan endometrium di dalam rahim. Jika tidak terjadi pembuahan, maka lapisan ini akan luruh dan keluar dari tubuh bersama darah melalui vagina. Ini lah yang disebut menstruasi.
Kemal menduga, istilah darah kotor muncul karena adanya larangan ibadah bagi perempuan yang sedang haid dalam ajaran agama tertentu.
Padahal, larangan tersebut bukan karena darah haid dianggap najis atau membawa penyakit, melainkan karena secara fisiologis, tubuh perempuan sedang dalam fase khusus yang berkaitan dengan siklus reproduksi.