“[Ini] mengungkapkan harapan bahwa semangat dan keyakinan patriotik mereka harus menjadi kekuatan pendorong untuk memetakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini,” demikian tulisan dalam papan informasi untuk menjelaskan tugu ini.
Tak cuma masa penjajahan Jepang, di museum ini juga terdapat semacam banner soal peristiwa Gwangju Uprising, perlawanan masyarakat dan warga di sana terhadap pemerintahan yang diktator pasca kemerdekaan.
Bagi saya Seodaemun Prison History Hall menjadi semacam pengakuan Korea Selatan terhadap masa kelam termasuk kekerasan terhadap warga sipil yang terjadi setelah merdeka. Ini juga menjadi alat rekonsiliasi bangsa untuk memetakan masa depan.
Museum ini juga berbicara soal pengorbanan, ketahanan dan keberanian yang membentuk Korea Selatan menjadi seperti sekarang.
Penjara Seodaemun nyaris diratakan dengan tanah pada 1987 usai pusat penahanan Seoul dipindah ke Uliwang Provinsi Gyeonggi. Namun, keturunan aktivis dan pejuang kemerdekaan, akademisi, hingga sejarawan menolak pembongkaran itu. Mereka bersikukuh situs tersebut perlu dilestarikan untuk mengenang penindasan Jepang dan semangat perlawanan Korea.
Sebagaimana kata manajer umum Seodaemun Prison History Hall Lee Seung Yun, tempat ini lebih dari sekadar lokasi yang memperingati gerakan kemerdekaan Korea, tetapi ruang untuk memberi tahu seluruh dunia tentang martabat manusia.