Karbon yang tidak dapat dipulihkan adalah karbon yang tersimpan di dalam ekosistem seperti hutan hujan yang sudah tua dan hutan bakau, yang sekali ditebang tidak akan pernah dapat dikembalikan lagi ke kepadatan biomassa aslinya.

Mervine mengatakan bahwa emisi karbon biomassa sangat bervariasi tergantung pada lokasi tambang nikel.

“Di beberapa tambang nikel, emisi karbon biomassa hampir nol, sementara di tambang lainnya emisi karbon biomassa cukup signifikan – misalnya, dibandingkan dengan emisi dari diesel yang digunakan oleh kendaraan pertambangan atau batubara yang dibakar di pabrik peleburan nikel,” ujarnya.

“Terlepas dari tingkat keparahannya, emisi ini perlu dilaporkan,” tambahnya.

Menurut Mervine, aktivias penambangan harusnya tumbuh di area dengan kepadatan biomassa yang rendah seperti gurung pasir, bukan hutan hujan.

“Perusahaan harus memprioritaskan pengembangan dan perluasan lokasi tambang di daerah yang memiliki kepadatan biomassa yang rendah, seperti di padang pasir, bukan di hutan hujan, dan tentu saja harus memperhatikan dampak lingkungan di luar karbon,” tuturnya.