Apakah Universitas Masih Waras?
Institusi pendidikan seharusnya menjadi arena pembebasan, bukan ladang penindasan. Ketika kebijakan dijalankan tanpa refleksi, tanpa kritik, dan tanpa keberpihakan pada nilai-nilai intelektual, maka universitas telah kehilangan fungsinya. Ia tidak lagi menjadi kampus dalam arti Yunani—tempat kontemplasi, pencarian kebenaran, dan pertumbuhan spiritual. Ia berubah menjadi pabrik sertifikat, pusat pengarsipan laporan, dan birokrasi eksploitatif yang menanamkan kepatuhan, bukan nalar.
Kebijakan ini tidak hanya mencerminkan kebodohan administratif, tapi juga kejatuhan moral dari sebuah institusi yang seharusnya menjadi garda depan perubahan.
Saya sebagai Mahasiswa , Tidak Diam
Sebagai mahasiswa , saya tidak akan diam melihat kampus kita runtuh pelan-pelan. Kita memahami bahwa kritik bukan bentuk kebencian, melainkan bentuk cinta tertinggi. Seperti kata Socrates, “ _The unexamined life is not worth living_ .” Maka universitas yang tidak mau dikritik, adalah universitas yang tak pantas hidup.
Kita tidak sedang mencari sensasi. Kita menuntut pertanggungjawaban moral. Kita ingin kebijakan yang logis, etis, dan manusiawi. Dan jika UIN STS Jambi masih ingin disebut universitas, maka ia harus kembali menjadi ruang dialog, bukan diktator kebijakan. (*)