Jakarta – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan sejumlah penyakit yang banyak menyerang anak-anak pasca-bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar). Penyakit yang paling dominan ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare, yang menjadi masalah kesehatan utama di lokasi pengungsian.

Wakil Ketua IDAI Sumatra Utara, dr. Eka Airlangga, mengungkapkan bahwa hingga 30 November 2025, pihaknya telah mencatat 92 kasus ISPA, 23 kasus diare, 42 kasus infeksi jamur kulit (tinea), serta 4 kasus dermatitis bakteri pada anak-anak. Sementara itu, di Medan, terpantau 43 kasus ISPA, 6 kasus diare, dan 4 kasus tinea pada anak-anak.

“Secara umum, penyakit ISPA dan penyakit berbasis sanitasi, seperti diare, serta infeksi pada kulit, menjadi masalah utama di pengungsian di Sumatra Utara. Kami sudah melakukan berbagai upaya penanganan, termasuk pengelolaan air bersih di tempat pengungsian,” ujar dr. Eka dalam konferensi pers, Senin (1/12).

Kondisi serupa juga tercatat di wilayah lain. Di Kota Padang, Sumatra Barat, IDAI melaporkan 80 kasus ISPA pada anak-anak, 4 kasus diare, 6 kasus penyakit kulit, dan 4 kasus morbili (campak) dari dua lokasi yang telah didatangi.

“Untuk wilayah lainnya di Sumatra Barat, data masih sulit didapat karena akses yang terbatas. Kami berharap bisa segera mendatangi wilayah yang terisolasi,” kata Ketua IDAI Sumatra Barat, dr. Asrawati.

Di Aceh, pendataan korban masih berlangsung, mengingat sejumlah tenaga kesehatan juga terdampak bencana dan terpaksa mengungsi. Di Pidie Jaya, penyakit ISPA menjadi keluhan utama, disusul dengan diare, pneumonia (infeksi saluran napas bawah), dan luka-luka. Potensi penyakit infeksi lainnya, seperti tetanus, juga menjadi perhatian.

“Di Pidie Jaya, kasus ISPA mendominasi, dan kami mulai menemukan kasus diare serta pneumonia. Kami juga mengantisipasi penyakit infeksi seperti tetanus,” jelas Ketua IDAI Aceh, dr. Raihan.

Meskipun demikian, akses terbatas ke sejumlah daerah di Aceh menyulitkan pendataan lebih lanjut. “Penyakit yang muncul di pengungsian secara umum masih didominasi oleh ISPA. Kami terus memetakan potensi penyakit lain yang dapat muncul selama dan setelah banjir,” tambah dr. Raihan.

Bantuan untuk Korban Banjir Sumatra
Para korban banjir dan longsor yang kini mengungsi membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama dalam hal kesehatan. Kebutuhan mendesak meliputi salep antibiotik, obat diare, obat ISPA, obat untuk dermatitis, serta obat sirup dan tetes untuk bayi. Selain obat-obatan, pengungsi juga membutuhkan pakaian layak pakai, selimut, popok, serta camilan untuk anak-anak.

Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi dan kebutuhan dasar anak selama berada di pengungsian. “Kami juga memastikan ibu-ibu menyusui mendapatkan dukungan agar tetap bisa memberikan ASI pada anaknya. Tidak boleh ada hambatan dalam pemberian ASI, terutama selama masa bencana seperti ini,” tegasnya.