Jakarta — Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yayasan kemanusiaan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat, mengumumkan bahwa mereka telah resmi mengakhiri “misi” di Gaza.
GHF sempat menjadi pusat kontroversi sejak ditugaskan mendistribusikan bantuan makanan di wilayah tersebut pada Mei lalu.
“Sejak awal tujuan GHF adalah untuk memenuhi kebutuhan mendesak, membuktikan bahwa pendekatan baru dapat berhasil di mana pendekatan lain telah gagal, dan pada akhirnya menyerahkan keberhasilan itu kepada komunitas internasional yang lebih luas,” ujar Direktur Eksekutif GHF, John Acree.
Pernyataan tersebut merujuk pada ketentuan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang mulai berlaku pada Oktober lalu. Pembubaran GHF juga bertepatan dengan dibentuknya Pusat Koordinasi Sipil-Militer yang didukung AS, yang disebut akan mengambil alih koordinasi penyaluran bantuan ke Gaza.
“Oleh karena itu, kami menghentikan operasi kami karena kami telah berhasil dalam misi kami untuk menunjukkan bahwa ada cara yang lebih baik untuk menyalurkan bantuan kepada warga Gaza,” lanjut Acree, dikutip dari Al Jazeera.
Acree juga mengklaim bahwa GHF merupakan satu-satunya operasi bantuan yang dinilai andal dan aman dalam menyediakan makanan gratis secara langsung kepada warga Palestina di Gaza, dalam skala besar serta tanpa adanya pengalihan.
Namun, pernyataan GHF tersebut bertolak belakang dengan pandangan sejumlah tokoh penting dalam komunitas kemanusiaan internasional.
Pada Agustus lalu, sebanyak 28 pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar GHF dibubarkan karena dianggap sebagai “contoh yang meresahkan tentang bagaimana bantuan kemanusiaan dieksploitasi untuk agenda militer dan geopolitik terselubung.”
Para pakar itu juga menyebut bahwa Israel dan kontraktor militer asing terus melepaskan tembakan tanpa pandang bulu terhadap warga yang mencari bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan GHF.
Laporan menyebut sedikitnya 859 warga Palestina tewas di sekitar lokasi operasional GHF sejak yayasan tersebut mulai beraktivitas pada akhir Mei.
Selain itu, para ahli menyoroti bahwa para pengungsi Gaza terpaksa menempuh perjalanan jauh dan berbahaya untuk mencapai beberapa titik distribusi GHF. Kondisi ini berbeda dengan model bantuan PBB yang mengutamakan pendistribusian langsung kepada masyarakat terdampak.

