Jakarta — Kelompok Hamas menegaskan siap kembali bertempur apabila Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza. Pernyataan ini sekaligus menolak proposal gencatan senjata yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang di antaranya meminta Hamas meninggalkan Gaza.
Dalam wawancara bersama AFP, anggota biro politik Hamas, Hossam Badran, mengungkapkan bahwa masih banyak poin dalam proposal Trump yang belum mencapai kesepakatan, terutama terkait rencana perlucutan senjata Hamas dan pembentukan pemerintahan pascaperang di Gaza.
“Penting dicatat bahwa senjata Hamas bukanlah satu-satunya. Saat ini, kami berbicara tentang senjata seluruh rakyat Palestina,” ujar Badran.
Ia menegaskan, kepemilikan senjata bagi warga Palestina merupakan hal wajar yang menjadi bagian dari sejarah dan perjuangan mereka.
“Senjata adalah bagian dari masa lalu, masa kini, dan masa depan rakyat Palestina. Itu bukan hanya simbol perlawanan, melainkan alat untuk membela diri dari agresi Israel,” lanjutnya.
Badran juga mengakui bahwa Hamas tak pernah membayangkan perang yang dimulai sejak Oktober 2023 akan berlangsung selama dua tahun. Namun, menurutnya, perlawanan yang dipimpin Brigade Qassam masih mampu bertahan dan bahkan melancarkan serangan langsung terhadap pasukan Israel.
Menanggapi kemungkinan perang kembali pecah, Badran menegaskan pihaknya tidak menginginkan pertempuran baru. Namun, Hamas dan kelompok perlawanan lain akan bertindak jika Israel kembali menyerang Gaza.
“Kami berharap tidak perlu kembali berperang. Tetapi jika agresi Israel berlanjut, rakyat Palestina dan seluruh pasukan perlawanan akan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk mempertahankan tanah mereka,” tegasnya.