Jakarta — Negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya, dilaporkan tiba di Mesir pada Minggu waktu setempat untuk memulai pembahasan mengenai mekanisme gencatan senjata, penarikan pasukan pendudukan, dan pertukaran tahanan dengan Israel.
Seperti diberitakan AFP, Senin (6/10), al-Hayya akan memimpin delegasi Hamas dalam perundingan tidak langsung dengan pihak Israel terkait pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza.
Sementara itu, delegasi Israel dijadwalkan berangkat ke Sharm El-Sheikh pada Senin, sebagaimana disampaikan oleh kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Pertemuan yang digelar di kota resor Sharm al-Sheikh, Mesir, ini akan menjadi yang pertama bagi Khalil al-Hayya sejak dirinya dan sejumlah pemimpin Hamas lainnya menjadi target dalam serangan udara Israel di Doha, Qatar, bulan lalu.
Sempat beredar kabar bahwa Hayya tewas dalam serangan tersebut. Namun, ia akhirnya muncul dalam tayangan video pra-rekaman di televisi Qatar pada Minggu, menepis rumor tersebut.
Dalam penampilannya, Hayya tidak menyinggung langsung mengenai proses negosiasi ataupun peluang gencatan senjata. Ia hanya menyampaikan duka mendalam atas kematian putranya serta lima orang lainnya yang menjadi korban dalam serangan Israel di Doha, saat perundingan berlangsung.
Beberapa pejabat tinggi Hamas diyakini selamat dari serangan itu, sementara enam orang tewas. Aksi tersebut menuai gelombang kritik internasional, termasuk teguran dari Donald Trump dan permintaan maaf Netanyahu kepada Qatar.
Terkait perundingan di Mesir kali ini, baik Hamas maupun Israel dilaporkan menyambut positif peta jalan perdamaian yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, guna mengakhiri pertempuran dan membebaskan para tawanan.
Trump juga telah mengirim dua utusan khusus, yaitu Steve Witkoff dan Jared Kushner, untuk membantu mempercepat tercapainya kesepakatan tersebut.
Menjelang negosiasi itu, Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza. Sedikitnya 24 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, agresi Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 67.139 warga Palestina, mayoritas merupakan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.