Jakarta – Sejumlah turis asal Amerika Serikat (AS) mengungkapkan keterkejutan mereka terhadap tingginya harga makanan di Singapura, yang membuat mereka menilai negara-kota tersebut “bukan untuk orang miskin.”
Terry Pernell, seorang pembuat konten asal AS, bersama pasangannya Mag, influencer perjalanan dari Kenya, baru saja mengunjungi Singapura setelah hampir dua bulan berkeliling Malaysia dan Bali.
Dalam unggahan video pada 11 September lalu, Pernell memperlihatkan tagihan makan di Newton Food Center yang mencapai sekitar US$35 (sekitar Rp582 ribu). Mereka memesan 10 tusuk sate, daging sapi tumis, dan sepiring besar nasi goreng telur. “Singapura bikin saya bayar mahal, padahal Malaysia dengan nuansa serupa hanya setengah harga,” kata Pernell.
Meski mengakui makanan tersebut enak, khususnya saus kacangnya, mereka tetap menyoroti harga tinggi, termasuk harga segelas bir. Mag menegaskan, “Singapura bukan untuk orang miskin.”
Pernell pun memberi tips bagi pelancong yang ingin ke Singapura, “Bawa semua uangmu, jangan tinggalkan sepeser pun di rumah.”
Reaksi Warganet atas Video Viral
Video Pernell yang telah ditonton lebih dari 262 ribu kali ini memicu beragam tanggapan. Warganet asal Singapura menyebut bahwa Newton Food Center memang dikenal mahal karena menjadi tempat wisata. Beberapa netizen juga mengingatkan bahwa masih banyak pilihan makanan murah di Singapura, dan membandingkan negara maju dengan negara berkembang tidaklah adil.
Singapura sendiri masuk dalam daftar 10 kota kuliner terbaik dunia versi Condé Nast Traveler tahun lalu. Namun, harga yang semakin tinggi di beberapa tempat makan memang kerap dikeluhkan oleh turis.
Sebelumnya, seorang turis dari China juga menyatakan ketidaksukaannya terhadap harga tinggi dan kualitas makanan di Singapura, yang memicu diskusi luas di dunia maya.