Jakarta – Konsorsium Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) mengungkap potensi penghematan energi besar di sektor industri, yang dapat mencapai 28,7 juta kWh atau menekan biaya operasional hingga Rp10,3 miliar setiap tahun.

Penghematan ini terungkap dari hasil audit energi yang dilakukan pada lima bidang usaha, termasuk pulp dan kertas, tekstil, dan alas kaki, sepanjang Juni hingga Agustus 2025.

“Implementasi hasil audit ini juga dapat menurunkan emisi karbon sekitar 13.300 ton CO₂ per tahun,” ujar SETI dalam siaran pers pekan lalu.

Audit energi dilakukan terhadap berbagai sistem produksi industri seperti boiler, air compressor, distribusi steam, kelistrikan, pendingin, motor atau pompa, ventilasi, dan sistem pencahayaan.

Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, mengatakan audit ini dapat meningkatkan margin keuntungan perusahaan secara signifikan. “Ada potensi penghematan besar dan peluang untuk mengadopsi teknologi efisiensi energi yang tepat guna,” jelasnya.

Johannes Anhorn, Lead Industry Decarbonization dari GIZ Energy Programme Indonesia/ASEAN, menekankan bahwa audit energi adalah langkah awal penting untuk mengenali peluang efisiensi dan strategi pelaksanaannya.

“Biaya energi mencapai 20-30 persen dari total biaya produksi industri. Efisiensi energi adalah cara tercepat untuk menurunkan biaya sekaligus mengurangi emisi,” ungkap Johannes.

Rekomendasi audit mencakup peningkatan sistem pendingin dengan teknologi cooling tower dan chiller modern, serta pemasangan variable speed drive (VSD) pada motor dan pompa untuk mengoptimalkan konsumsi energi dan menjaga keandalan operasional.

Agar rekomendasi ini dapat diwujudkan, diperlukan strategi komprehensif yang mencakup langkah berbiaya rendah dengan payback singkat, kolaborasi dengan perusahaan jasa konservasi energi (ESCO) lewat skema performance contract, dukungan teknologi inovatif, serta pemanfaatan kebijakan dan insentif pemerintah.