Jakarta — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkap ancaman yang menghantui industri dalam negeri imbas pecah perang IranIsrael saat ini, terutama bagi sektor manufaktur.

Menurut Agus, sektor manufaktur global akan menghadapi resiko kenaikan biaya produksi, peningkatan biaya logistik dan pelemahan permintaan ekspor.

Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sangat rentan terhadap gejolak harga energi, pangan dunia, dan gangguan rantai pasok bahan baku.

Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya memitigasi risiko dampak perang Iran-Israel pada industri, terutama ketergantungan industri dalam negeri pada energi impor sebagai bahan baku maupun komponen input produksi.



“Karena itu, industri dalam negeri diminta lebih efisien dalam penggunaan energi dalam proses produksi. Penggunaan energi lebih efisien dari berbagai sumber dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri,” ujar Agus dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (17/6).

Lebih lanjut, Kemenperin mendorong pelaku industri untuk tidak hanya menggunakan energi secara efisien. Ia meminta industri mendiversifikasi sumber energi yang digunakan produksi dalam negeri.

Hal ini menjadi krusial mengingat ketergantungan pada energi fosil impor, terutama yang berasal dari kawasan Timur Tengah, semakin berisiko di tengah konflik geopolitik yang berkepanjangan.

“Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif,” jelasnya.