Jakarta – Setidaknya 10 orang tewas dalam serangan drone yang menargetkan sebuah pasar yang ramai pengunjung di Negara Bagian Darfur Utara, Sudan, pada akhir pekan ini. Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.
Dewan Ruang Darurat Darfur Utara mengungkapkan bahwa serangan tersebut terjadi di Pasar Al-Harra di Kota Malha pada Sabtu (21/12). Kota Malha berada di wilayah yang dikuasai oleh kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Serangan ini mengakibatkan kebakaran besar di beberapa toko dan kerusakan material yang meluas, namun pihak dewan belum mengungkapkan siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Hingga kini, baik militer Sudan maupun RSF belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini.
Meningkatnya Konflik dan Ketegangan di Sudan
Serangan di Darfur Utara ini terjadi di tengah eskalasi pertempuran yang semakin memanas di wilayah lain di Sudan. Konflik yang dimulai pada April 2023 antara militer Sudan dan RSF telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan hampir 12 juta warga mengungsi. Situasi ini memicu krisis pengungsi dan kelaparan terbesar di dunia.
Pada Minggu (22/12), para pekerja bantuan dievakuasi dari Kadugli, sebuah kota yang terperangkap dalam pertempuran dan dilanda kelaparan di bagian selatan Sudan. Sumber dari organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Kadugli mengatakan bahwa evakuasi dilakukan setelah kondisi keamanan semakin memburuk. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk memindahkan pusat logistik dari kota tersebut.
Kadugli dan sekitarnya telah dikepung oleh pasukan paramiliter sejak konflik pecah. Minggu lalu, serangan drone juga dilaporkan menewaskan delapan orang di Kadugli saat mereka berusaha melarikan diri dari kota yang dikuasai militer.

