Jakarta — PT Pertamina Patra Niaga memberikan penjelasan terkait lonjakan harga LPG yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh di tengah bencana hidrometeorologi yang melanda sebagian kawasan Sumatra.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menyatakan kenaikan harga LPG tidak terjadi secara merata di seluruh Aceh, melainkan hanya di beberapa daerah seperti Banda Aceh dan Bireuen. Menurutnya, lonjakan tersebut disebabkan oleh terganggunya distribusi pasokan LPG.

“Stok LPG kami di Provinsi Aceh yang terbesar ada di Lhokseumawe. Jadi jalur dari Lhokseumawe ke Banda Aceh itu terputus sehingga mengganggu pasokan LPG dari Lhokseumawe ke Banda Aceh dan sekitarnya,” ujar Mars Ega dalam konferensi pers di kantor BPH Migas, Jakarta, Senin (15/12).

Mars Ega menjelaskan, Pertamina telah mengambil sejumlah langkah untuk menangani kenaikan harga LPG di wilayah terdampak. Salah satunya dengan membuka jalur alternatif distribusi menggunakan jalur laut. Namun, ia mengakui pengiriman melalui laut membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan jalur darat.

Saat ini, Pertamina mengoperasikan dua kapal Roro dengan rute Lhokseumawe–Banda Aceh untuk mendistribusikan LPG. Ke depan, perusahaan berencana menambah satu kapal lagi guna memperkuat pasokan LPG ke Banda Aceh.

Selain itu, Pertamina juga mendatangkan lima truk tangki LPG dari Dumai, Riau, serta Jawa Barat menuju Lhokseumawe untuk meningkatkan pasokan LPG ke Banda Aceh dan wilayah sekitarnya.

“Kami dan pemda nanti juga akan membuat operasi pasar, karena dengan operasi pasar akan menekan spekulan-spekulan yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Misalnya dia mengambil mengantre (LPG) terus dia menjual lagi dengan harga yang tinggi,” kata Mars Ega.

Ia pun meminta masyarakat di Banda Aceh dan sekitarnya untuk bersabar hingga distribusi LPG kembali normal. “Jadi kami berharap masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya untuk sedikit bersabar,” ujarnya.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak akhir November lalu telah menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar.

Hingga Sabtu (13/12), BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia telah melampaui seribu orang. Per Minggu (14/12), total korban meninggal dunia bertambah menjadi 1.016 jiwa, sementara korban hilang dan masih dalam pencarian berjumlah 212 orang.