Jakarta — Kota New York, Amerika Serikat, kembali menjadi sorotan setelah politikus Partai Demokrat, Zohran Mamdani, mencatat sejarah sebagai Muslim pertama yang terpilih sebagai Wali Kota New York.
Mamdani berhasil memenangkan pemilihan dengan mengalahkan dua kandidat dari Partai Republik dan calon independen. Menurut sejumlah media Amerika Serikat, pemilihan kali ini menjadi yang paling disorot dalam beberapa tahun terakhir, dengan jumlah pemilih terbanyak selama beberapa dekade terakhir.
Namun di balik sorotan politik modern itu, ada kisah menarik tentang sejarah panjang kota yang dikenal sebagai The City That Never Sleeps tersebut — termasuk tentang wali kota pertama New York yang ternyata berasal dari kalangan pedagang bulu.
Asal-Usul dan Sejarah Awal Kota New York
Sejarah Kota New York memiliki keunikan tersendiri. Sebelum menjadi pusat bisnis dan keuangan dunia, kawasan ini sudah lama dihuni oleh para pedagang dari Inggris dan Belanda.
Sementara itu, komunitas lokal seperti suku-suku Indian telah lebih dahulu menetap di wilayah tersebut.
Dari seluruh kawasan di Amerika Serikat, New York tercatat sebagai kota pertama yang memiliki wali kota resmi. Sosok tersebut adalah Thomas Willet, yang lahir di Norfolk, Inggris, pada tahun 1610.
Willet tiba di Koloni Plymouth pada tahun 1629 — koloni pertama orang Inggris di benua Amerika. Ia kemudian diangkat menjadi Wali Kota New York pada tahun 1665 oleh Gubernur Richard Nicolls, dengan sejumlah alasan yang cukup menarik.
Menguasai Bahasa Belanda dan Bahasa Suku Indian
Salah satu alasan utama pengangkatannya adalah karena Thomas Willet fasih berbahasa Belanda serta memahami bahasa lokal suku Indian.
Kemampuan ini membuatnya menjadi sosok penting dalam menjembatani komunikasi antara pendatang Eropa dan penduduk asli.
Mengutip laman rampagelaw.com, saat itu banyak warga Belanda yang tinggal di wilayah tersebut, sehingga kota New York sempat dikenal dengan nama New Amsterdam.
Sebagian besar dari mereka adalah pedagang bulu yang tergabung dalam Perusahaan Dagang Belanda (VOC).
Karena penguasaan bahasanya yang luas, Willet sering ditugaskan mendampingi rombongan negosiasi ke wilayah utara, termasuk ke Iroquois, untuk menjaga hubungan baik antara suku Indian dengan pemerintah Belanda yang kemudian beralih ke Inggris.
Thomas Willet, Sang Pedagang Bulu
Willet sendiri dikenal sebagai seorang pedagang bulu, profesi yang populer di kalangan pendatang Eropa pada abad ke-17.
Pada masa itu, banyak warga Eropa datang ke benua Amerika untuk mencari bulu binatang yang digunakan sebagai bahan pakaian dan perlengkapan musim dingin.
Menurut Economic Historian Association, masyarakat Indian biasanya memperdagangkan bulu binatang kecil seperti cerpelai untuk ditukar dengan pisau, produk logam, atau tekstil.
Awalnya, pertukaran ini dilakukan secara sederhana, namun pada akhir abad ke-16, perdagangan bulu berkembang pesat seiring meningkatnya tren topi berang-berang di Eropa.
Permintaan tinggi terhadap bulu berkualitas membuat perdagangan berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Kanada, meskipun aktivitas serupa juga terjadi di sepanjang Sungai Mississippi dan Pegunungan Rocky.
Dari New Amsterdam ke New York
Seiring waktu, wilayah New Amsterdam diambil alih oleh Inggris dan diubah namanya menjadi New York, untuk menghormati Duke of York.
Thomas Willet pun tercatat sebagai wali kota pertama dalam sejarah kota New York, yang memegang peran penting dalam transisi dari kekuasaan Belanda ke Inggris.
Kisah Willet menjadi bagian dari perjalanan panjang New York — dari kota pelabuhan kecil hingga berkembang menjadi salah satu kota paling berpengaruh di dunia.

