Jakarta — Kekerasan militer Israel di Tepi Barat, Palestina, terus meningkat dan semakin menunjukkan kebrutalan pasukan Zionis terhadap warga sipil. Tindakan mereka disebut telah melanggar hukum internasional secara terang-terangan.

Serangan terbaru terjadi di kamp pengungsi Nur Shams dan Tulkarem, dua wilayah yang sejak awal tahun telah ditetapkan sebagai zona militer tertutup oleh Israel. Di kawasan ini, pasukan Israel melancarkan operasi darat dengan menembaki rumah warga, menghancurkannya menggunakan buldoser, bahkan membakarnya.

Salah satu warga yang menjadi korban kekejaman tersebut adalah Abdel. Ia menceritakan penderitaan yang dialaminya setelah rumahnya diserbu dan dihancurkan oleh militer Israel.

“Kami tidak menginginkan apa pun, hanya kehidupan yang aman,” kata Abdel kepada Al Jazeera, Kamis (16/10).

“Saya tidak bisa keluar rumah bersama anak-anak atau istri saya. Kami kehilangan bahkan kebutuhan hidup paling sederhana,” lanjutnya.

Menurut Abdel, pasukan Israel menyerbu rumahnya pada akhir Januari lalu. Mereka merusak seluruh isi rumah dan mengusir keluarganya selama beberapa hari. Setelah diizinkan kembali, tentara Israel malah memperlihatkan arogansi kolonial dengan menuntut kepatuhan penuh darinya.

“Salah satu dari mereka berkata, ‘Aku adalah tuanmu. Kamu di sini untuk melayaniku,’” tutur Abdel menirukan ucapan salah satu tentara Israel.

Sejak saat itu, Abdel terpaksa mengikuti semua perintah pasukan Israel agar keluarganya tidak disakiti. Ia bahkan mengaku membayar 1.500 shekel per bulan kepada tentara untuk menghindari ancaman penghancuran rumahnya.

“Jika saya tidak melakukan apa yang mereka katakan, mereka akan menghancurkan rumah ini,” keluhnya.