Jakarta — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengadakan rapat khusus mengenai situasi Jalur Gaza, Palestina, di Gedung Putih, Rabu (27/8) waktu setempat.
Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, menyatakan bahwa rapat tersebut akan membahas “rencana komprehensif” dari pemerintah Trump untuk menangani Gaza pascaperang. Witkoff mengatakan kepada Fox News, “Kami akan melaksanakan pertemuan besar di Gedung Putih yang dipimpin oleh presiden untuk membahas rencana yang sangat komprehensif.”
Sayangnya, Witkoff tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rapat tersebut atau daftar peserta yang hadir. Ketika ditanya mengenai tindakan yang perlu diambil Israel untuk menghentikan perang dan menyelamatkan para sandera, Witkoff menegaskan bahwa AS akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengakhiri konflik dan memulangkan sandera.
“Kami yakin ini akan diselesaikan dengan satu cara atau yang lain, setidaknya sebelum akhir tahun ini,” jelasnya, seperti dilansir oleh Reuters. Ia juga menambahkan bahwa Israel menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi kembali dengan Hamas, dan bahwa Hamas tampaknya terbuka untuk mencapai kesepakatan.
Pada hari Senin (25/8), Trump menyebutkan bahwa agresi Israel di Gaza diperkirakan akan mereda dalam dua hingga tiga minggu mendatang. “Saya percaya dalam waktu dua hingga tiga minggu, Anda akan melihat hasil akhir yang baik dan memuaskan,” ungkap Trump kepada Al Jazeera.
Namun, Trump juga menggarisbawahi bahwa serangan Israel harus segera dihentikan, mengingat kondisi kelaparan yang memburuk dan banyaknya korban jiwa akibat serangan tersebut. “Ini harus segera diakhiri karena kelaparan dan masalah lainnya, yang lebih buruk dari kelaparan—yaitu kematian. Banyak orang kehilangan nyawa,” tegasnya.
Pada saat yang sama, pernyataan Trump tampak kontradiktif, mengingat Israel menunjukkan ketidakberminatan terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan Hamas pekan lalu. Sebaliknya, pemerintah Israel semakin intensif dalam rencana mereka untuk merebut Gaza City, yang telah menjadi sorotan kritik global.
Trump juga kerap menggunakan frasa “dua minggu” dalam berbagai prediksi penting, termasuk yang berkaitan dengan konflik Rusia-Ukraina, negosiasi nuklir AS-Iran, hingga pembicaraan tarif, namun kenyataan tidak selalu sesuai dengan prediksi tersebut.
Korban tewas akibat agresi Israel di Gaza telah mencapai angka 62.800, dengan mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Serangan brutal ini mengakibatkan kehancuran wilayah tersebut dan menjerumuskan penduduknya dalam bencana kelaparan.
Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada Jumat (22/8) mengumumkan bahwa bencana kelaparan di Gaza benar-benar terjadi. IPC, yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, menilai tingkat kerawanan pangan di seluruh dunia. Laporan ini menegaskan klaim Israel bahwa tidak ada kelaparan di Gaza secara sepihak, dan menegaskan bahwa keadaan ini disebabkan oleh tindakan pemerintah Israel.