Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa Sesar Lembang saat ini sedang aktif dan telah memasuki fase pelepasan energi yang berpotensi menghasilkan gempa dengan kekuatan hingga magnitudo 7.

Menurut Peneliti Gempa Bumi BRIN, Mudrik Rahmawan Daryono, “Sesar Lembang merupakan satu segmen sepanjang 29 kilometer yang berpotensi menghasilkan gempa berkekuatan antara magnitudo 6,5 hingga 7. Dampak terparah yang mungkin terjadi adalah gempa dengan magnitudo 7,” ujar Mudrik saat ditemui di Lembang pada Minggu (24/8).

Siklus pelepasan energi di Sesar Lembang, yang menyebabkan potensi gempa bermagnitudo 7, berkisar antara 170 hingga 670 tahun. Catatan penelitian menunjukkan bahwa gempa besar terakhir di daerah ini terjadi pada abad ke-15.

Mengingat sudah 560 tahun berlalu sejak gempa besar terakhir, tinggal menunggu waktu kapan fenomena ini dapat terulang. "Artinya, kita sudah berada dalam rentang siklus gempa. Ini bisa terjadi sekarang atau dalam seratus tahun ke depan, tetapi kita tidak dapat memastikannya," jelas Mudrik.

Ditandai oleh Munculnya Gempa-Gempa Kecil

Tanda-tanda akan terjadinya gempa besar tampak dengan meningkatnya aktivitas di Sesar Lembang dalam tiga bulan terakhir serta munculnya beberapa gempa kecil sepanjang Agustus.

Berdasarkan penelitian dan catatan sejarah, munculnya gempa kecil dapat menghasilkan dua kemungkinan. Pertama, sebagai fase pelepasan energi yang berlangsung secara bertahap. Kedua, dalam skenario terburuk, ini dapat menjadi precursor bagi gempa besar.

“Berdasarkan kondisi saat ini, kita mendeteksi adanya gempa kecil sekitar enam kilometer dari Ngamprah. Belum ada kepastian apakah ini akan diikuti oleh gempa besar atau hanya gempa kecil yang berhenti. Namun, kita harus tetap waspada terhadap kedua kemungkinan tersebut,” tutup Mudrik.

Beberapa gempa kecil di area Sesar Lembang dan sesar lain yang berdekatan sudah terjadi dalam satu hingga dua pekan terakhir. Gempa kecil pertama terjadi di wilayah Cisarua, Kabupaten Bandung, pada Kamis (14/8) dengan magnitudo 1,8.

Enam hari kemudian, muncul gempa lain dengan pusat di darat, 19 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, yang berkekuatan magnitudo 4,9 pada kedalaman 10 kilometer. Gempa ini diperkirakan berhubungan dengan aktivitas sesar naik busur belakang Jawa Barat.

Setelah itu, dua gempa susulan dengan magnitudo 2,1 dan 2,0 juga tercatat terjadi di Bekasi.

Mengetahui intensitas kejadian ini, beberapa pemerintah daerah mulai mengambil langkah-langkah preventif. Pemerintah Kota Bandung, misalnya, telah menyiapkan enam lokasi pengungsian jika gempa terjadi. Lokasi tersebut adalah Taman Tegalega, Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gasibu, Alun-Alun Kota Bandung, Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), dan Lapangan Olahraga Arcamanik.

“Dampak gempa dapat meluas hingga ke infrastruktur, ekonomi, dan sosial masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan kami lebih berfokus pada upaya pencegahan dan kesiapsiagaan, bukan hanya responsif,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, saat di Bandung, Minggu (24/8), mengutip dari Antara.

(job/mik)