Jakarta — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah resmi membuka pendaftaran untuk lelang frekuensi 1,4 GHz yang ditujukan untuk Fixed Wireless Access. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan akses internet dengan kecepatan 100 Mbps dengan biaya yang lebih terjangkau.
Inisiatif ini akan memperluas jangkauan jaringan berbasis fixed broadband, serta mempercepat penggelaran serat optik di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan frekuensi 1,4 GHz, harga layanan internet diharapkan tetap kompetitif untuk masyarakat.
Menurut laporan dari Detik pada Rabu (20/8), pita frekuensi yang akan dilelang mencakup rentang 1432 MHz hingga 1512 MHz, dengan total lebar frekuensi sebesar 80 MHz. Frekuensi ini bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan broadband wireless access yang pernah ada sebelumnya, namun terhenti saat layanan 4G berkembang.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, menekankan bahwa frekuensi 1,4 GHz diharapkan dapat memberikan layanan internet cepat hingga 100 Mbps dan tetap terjangkau bagi masyarakat.
“Program ini berfungsi sebagai ‘voorijder’ untuk menarik fiber optik hingga ke titik akhir BTS, sebelum sampai ke rumah-rumah menggunakan frekuensi 1,4 GHz. Ini ditujukan untuk layanan fixed broadband, bukan seluler,” tutur Wayan pada awal Agustus lalu.
Komdigi menjelaskan bahwa penggunaan frekuensi ini akan diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched, dengan pembagian wilayah layanan yang tergabung dalam tiga regional dan lima belas zona.
Hingga saat ini, tujuh perusahaan telah mendaftar untuk mengikuti lelang frekuensi 1,4 GHz, termasuk Telkom, Indosat, dan XLSmart.
Berdasarkan berita dari CNBC, harga dasar untuk lelang frekuensi 1,4 GHz belum diumumkan secara resmi. Namun, informasi yang beredar menyebutkan total biaya lelang mencapai Rp400 miliar, dengan Rp230 miliar di wilayah Pulau Jawa.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa tingginya biaya lelang akan menyulitkan pengepul layanan untuk menawarkan internet dengan harga terjangkau.
“Tujuan utama dari frekuensi 1,4 GHz adalah memberikan penetrasi yang lebih cepat dan internet yang lebih terjangkau untuk masyarakat. Namun, dengan biaya frekuensi yang tinggi, saya meragukan apakah penyedia yang memenangkan lelang dapat menawarkan harga yang terjangkau,” ungkap Arif di Jakarta pada Selasa (26/8).
Di samping itu, ekosistem frekuensi 1,4 GHz masih dalam tahap awal. Pemenang lelang juga diwajibkan untuk membangun infrastruktur baru guna mendukung penggunaan frekuensi ini.
Dengan dua tantangan ini, Arif menyatakan kekhawatirannya bahwa penyedia layanan akan kesulitan dalam memenuhi komitmen mereka untuk menyediakan layanan yang terjangkau.
Sementara itu, para penyedia layanan juga meminta pemeriksaan ulang terhadap biaya BHP frekuensi yang dianggap masih sangat tinggi dibandingkan negara lain.
“Jika tarifnya tetap tinggi, bagaimana kita dapat menekan harga jual kepada masyarakat?” tutupnya.