Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat – Dunia musik Jambi kembali mendapat warna baru dengan hadirnya mini album perdana grup band reageska asal Kota Kuala Tungkal, Kacang Panjang. Album bertajuk Kita, Kota dan Kata resmi dirilis sebagai bentuk ekspresi musikalitas sekaligus perjalanan panjang band ini dalam meramu karya.

Mini album ini berisi lima lagu yang sarat dengan pesan kebersamaan, semangat hidup, hingga refleksi sosial. Daftar lagunya antara lain: Hey Kawan, Lihat Mereka, Hari Baru, Kota Bersama, dan Area Ilusi.

“Album ini lahir dari keresahan sekaligus rasa cinta kami terhadap kehidupan sehari-hari, kota tempat kami tumbuh, dan kata-kata yang selalu menjadi jembatan persaudaraan,” ungkap salah satu personil, Kris Handoko.

Band Kacang Panjang sendiri digawangi oleh formasi yang cukup besar dengan sepuluh personil: Kris Handoko, M. Ridho Novareza, Syuryadi Sa’ban, M. Yogi Saputra, Muhamad Viko, Julkarnain, Jerry Alvaro, Muhamad Owen, Bima Lorenza, dan Netty Hardianty.

Ciri khas musik mereka mengusung nuansa reageska yang kental, dipadukan dengan lirik-lirik sederhana namun penuh makna. Lagu Hey Kawan misalnya, menjadi pembuka yang mengajak pendengar untuk merayakan persahabatan dan solidaritas. Sementara Area Ilusi menawarkan kritik sosial melalui aransemen yang enerjik.

Dengan rilisnya Kita, Kota dan Kata, band Kacang Panjang berharap karya mereka bisa menjadi medium hiburan sekaligus refleksi bagi masyarakat, khususnya generasi muda Jambi.

“Kami ingin musik ini bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan. Karena setiap nada dan kata di album ini adalah bagian dari kehidupan kita bersama,” tutur Julkarnain.

Kita, Kota dan Kata pada tanggal 31 Agustus 2025 sudah rilis dan sudah dapat dinikmati secara digital melalui platform musik Spotify.

“Dengan hadirnya album ini di Spotify, Kacang Panjang berharap bisa menjangkau pendengar yang lebih luas, tidak hanya di Jambi, tetapi juga di tingkat nasional bahkan internasional. “Kami ingin musik ini tidak hanya didengar, tapi juga menjadi bagian dari keseharian para pendengar,” tambah Netty Hardianty.” (*)