Veldkamp memasuki dunia politik pada November 2023 sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk Partai NSC, di mana ia bertanggung jawab atas urusan luar negeri serta isu-isu suaka dan migrasi. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Belanda pada Juli 2024. Namun, kariernya di kabinet tersebut terpengaruh oleh berbagai isu global dan konflik internal, yang akhirnya membawanya pada keputusan untuk mundur.
Tekanan terhadap Veldkamp semakin meningkat dari masyarakat Belanda yang meng kritik agresi Israel di Jalur Gaza, yang membuat banyak aktivis kecewa karena pemerintah Belanda dianggap tidak mengambil tindakan yang cukup untuk mengatasi krisis di wilayah tersebut.
Protes besar-besaran pun terjadi di Den Haag, dengan lebih dari 150 ribu orang ikut serta. Mereka menuntut sanksi terhadap Israel dan akses bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza.
Menurut CNN, setelah pengunduran diri Veldkamp, beberapa anggota kabinet dari Partai NSC juga mengikuti langkahnya, yang mengakibatkan ketidakstabilan lebih lanjut dalam pemerintahan Belanda.
“Kami sudah muak dengan ini,” tegas pemimpin NSC, Eddy Van Hijum, mengenai situasi yang sedang berlangsung.
Pemerintahan Belanda mengalami tekanan sejak Juni, ketika anggota parlemen anti-Islam Geert Wilders menarik diri dari koalisi empat partai akibat perdebatan mengenai imigrasi.
Belanda termasuk dalam daftar 21 negara yang menandatangani deklarasi bersama untuk mengecam persetujuan Israel terhadap proyek permukiman besar di Tepi Barat. Dalam dokumen tersebut, ditegaskan bahwa tindakan Israel dianggap tidak dapat diterima dan melanggar hukum internasional. Veldkamp juga pernah mengusulkan larangan impor dari permukiman Israel di wilayah Palestina sebagai respons terhadap rencana peningkatan militer yang dilakukan oleh Israel.