Sophia Wattimena: Pilar Menuju Indonesia Emas 2045
Ketua Dewan Audit merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK, Sophia Wattimena, menambahkan bahwa penguatan GRC merupakan pilar penting dalam mendukung Asta Cita, khususnya penguatan sektor jasa keuangan serta reformasi tata kelola dan pemberantasan korupsi.
Menurutnya, transformasi tata kelola menjadi strategi besar menuju Visi Indonesia Emas 2045, di mana sektor jasa keuangan diharapkan memberi kontribusi signifikan melalui tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan yang kokoh.
Sophia juga mengaitkan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan nilai inti RGS, yaitu Role Model, Guidance, and Support, yang menekankan keteladanan integritas, peran fasilitator, serta budaya saling menopang demi keberhasilan bersama.
BPK: Perlu Tata Kelola Kolaboratif
Wakil Ketua BPK RI, Budi Prijono, menekankan perlunya tata kelola kolaboratif lintas sektor untuk memastikan pengendalian risiko, transparansi, dan akuntabilitas sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan Indonesia menuju 2045.
“BPK sangat mendorong penguatan GRC melalui tata kelola kolaboratif, yang tidak hanya memerlukan sinergi internal antar satuan kerja, tetapi juga kemitraan lintas sektor serta partisipasi aktif di tingkat global,” jelasnya.
Diskusi Panel dan Insight GRC
RGS 2025 menghadirkan diskusi panel interaktif dengan narasumber dari dalam dan luar negeri, antara lain:
-
Edimon Ginting (ADB),
-
Jowil Plecerda (ASEAN Secretariat),
-
Lee Jun Ho (FSS Korea Selatan),
-
Aviliani (Kadin),
-
Beili Wong (The Institute of Internal Auditors),
-
Nai Seng Wong (Deloitte Southeast Asia),
-
Jean Bouquot (IFAC),
-
Emil Elestianto Dardak (Wakil Gubernur Jatim).
Diskusi membahas strategi penguatan tata kelola untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan, pendalaman pasar keuangan, serta peran GRC dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Sesi GRC Insight menjadi sorotan dengan pandangan Emil Dardak bahwa penerapan GRC modern harus ditopang oleh integritas dan transformasi digital.