Naskah Tulisan Tangan Soekarno Nyaris Hilang

Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)
Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)

Setelah pengetikan selesai, konsep tulisan tangan Soekarno tertinggal di atas meja. Naskah ketikan dibacakan dan langsung ditandatangani. Karena tidak dibuat salinan, hanya ada satu naskah ketikan Proklamasi.

Tanpa disadari, naskah asli tulisan tangan itu diamankan oleh Burhanuddin Muhammad Diah (BM Diah), wartawan muda berusia 28 tahun yang juga merupakan pendiri beberapa surat kabar seperti Merdeka, Asia Raya, dan Pedoman.

Dalam autobiografinya Butir-Butir Padi BM Diah (Pustaka Merdeka, 1992), ia menulis:
“Saya yang sejak awal berinsting wartawan, meski hadir sebagai wakil pemuda, ikut bersama Sayuti Melik ke ruangan lain. Saat Sayuti menyerahkan naskah ketikan kepada Bung Karno, saya simpan naskah tulisan tangan yang tergeletak di meja ke dalam saku. Saya tak menyangka naskah itu akan menjadi dokumen sejarah penting di kemudian hari.”

Sayuti Melik sendiri sempat mengira naskah tulisan tangan Soekarno sudah hilang, mungkin dibuang. Namun, belakangan ia mengetahui bahwa BM Diah menyelamatkan dokumen tersebut untuk kepentingan sejarah.