JAKARTA – Bupati Pati, Sudewo, tengah menghadapi tekanan dari dua arah. Di daerah, ia dikecam warganya karena kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tahun 2025 hingga 250 persen. Di pusat, namanya disebut dalam penyelidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi proyek Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.

Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang menelusuri dugaan keterlibatan Sudewo dalam proyek tersebut, yang berlangsung saat ia masih menjadi anggota DPR RI.

“Ya benar, Saudara SDW (Sudewo) merupakan salah satu pihak yang diduga juga menerima aliran commitment fee terkait dengan proyek pembangunan jalur kereta,” ujar Budi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (13/8/2025).

Aksi Unjuk Rasa Tak Surut

Di Pati, penolakan masyarakat terhadap kenaikan PBB-P2 berujung pada demonstrasi besar-besaran. Meski kebijakan tersebut telah dibatalkan, gelombang protes tidak berhenti. Tuntutan publik kini bergeser menjadi desakan agar Sudewo dimakzulkan dari jabatan Bupati.

Di sisi lain, penyidikan KPK terhadap kasus DJKA terus berkembang. Budi menyebut, penyelidikan ini terkait kasus suap yang telah menjerat 15 tersangka. Nama Sudewo kembali disebut dalam keterangan tersangka Renato, Pejabat Pembuat Komitmen di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Bandung, serta dari berita acara pemeriksaan (BAP) saksi lainnya.

Berdasarkan BAP, Sudewo diduga menerima hingga Rp 8 miliar dan pernah mendatangi langsung proyek DJKA di wilayah Jawa Tengah. “Seluruh informasi dan keterangan yang diperoleh dari para saksi tentu akan didalami lagi oleh penyidik karena penyidikan dalam perkara ini terkait pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api masih berprogres,” jelas Budi.