JAKARTA — Bendera bajak laut berwarna hitam dengan simbol tengkorak bertopi jerami—identik dengan karakter Monkey D. Luffy dari serial anime One Piece—kian marak terlihat di berbagai tempat, termasuk jalanan dan media sosial. Aksi ini pun memicu kekhawatiran sejumlah pejabat dan anggota parlemen di Indonesia, yang menilai penggunaan bendera tersebut bisa mengarah pada tindakan subversif.

Meskipun telah ada imbauan resmi untuk tidak menyebarluaskan simbol itu, ajakan untuk mengibarkan bendera One Piece justru semakin masif. Di tengah tekanan ekonomi dan meningkatnya rasa ketidakpuasan publik terhadap pemerintah, simbol ini tampaknya menjadi bentuk ekspresi perlawanan sosial yang sulit dibendung.

Secara garis besar, One Piece, karya mangaka Jepang Eiichiro Oda, mengisahkan petualangan bajak laut yang mencari kebebasan sejati. Namun, di balik ceritanya, serial ini juga menyuarakan kritik terhadap sistem yang korup, eksploitasi, dan ketidakadilan sosial—tema yang resonan dengan kondisi masyarakat yang merasa tertindas.

Dari Palestina hingga Indonesia: Simbol Global Perlawanan

Penggunaan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan bukan hanya fenomena lokal. Sejak 2023, bendera ini mulai muncul dalam aksi demonstrasi di Palestina. Bersamaan dengan simbol semangka—ikon perlawanan warga Palestina sejak Israel melarang pengibaran bendera Palestina di Gaza dan Tepi Barat pada 1967—bendera One Piece menjadi lambang solidaritas dan perjuangan melawan penindasan.

Menurut laporan Time Magazine edisi 20 Oktober 2023, simbol semangka sempat meredup, tetapi kembali mengemuka pada 2021 saat muncul keputusan pengadilan Israel yang mengusir warga Palestina dari kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Kombinasi simbol semangka dan bendera One Piece pun menjadi ekspresi kuat perjuangan kolektif untuk keadilan dan kemerdekaan.

Ketika pertama kali dikibarkan dalam demonstrasi Palestina pada 2023 dan viral di media sosial X (dulu Twitter), bendera One Piece langsung mendapatkan respons luas sebagai simbol persatuan. Tidak mengherankan, mengingat anime tersebut juga sangat populer di wilayah Palestina.

Makna Simbolik dan Kekuatan Kolektif

Dalam perspektif sosiologi, simbol seperti bendera One Piece memiliki makna mendalam. Teori interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead dan Herbert Blumer menjelaskan bahwa simbol terbentuk melalui interaksi sosial dan membentuk identitas kolektif.

Sosiolog Alberto Melucci menyebut simbol sebagai alat penting dalam gerakan sosial, yang memungkinkan individu merasa menjadi bagian dari komunitas perjuangan. Sementara itu, teori emosi kolektif dari James Jasper menunjukkan bahwa simbol-simbol tersebut mampu membangkitkan kemarahan, harapan, dan keberanian—elemen kunci mobilisasi massa.

Fenomena serupa terjadi di Amerika Serikat, ketika bendera Meksiko dikibarkan dalam aksi protes terhadap kebijakan anti-imigrasi Presiden Donald Trump. Bagi sebagian demonstran keturunan Meksiko, bendera tersebut menjadi simbol kebanggaan identitas dan solidaritas terhadap sesama imigran.

Di awal 2025, bendera AS yang dikibarkan secara terbalik juga menjadi bentuk ekspresi protes masyarakat terhadap situasi politik. Menurut Newsweek edisi 24 Februari 2025, aksi itu mengacu pada simbol marabahaya yang diatur dalam kode bendera AS, meskipun dalam praktiknya kini digunakan sebagai bentuk kritik sosial. Mahkamah Agung AS pun menyatakan pengibaran bendera dalam bentuk ekspresif seperti itu dilindungi oleh Konstitusi.

Simbol-Simbol Senyap Perlawanan

Di China, bentuk perlawanan lebih simbolik dan senyap. Dalam berbagai demonstrasi terhadap kebijakan “zero-Covid” Presiden Xi Jinping maupun pada protes di Hong Kong 2020, para peserta aksi memegang kertas kosong berukuran A4. Meski polos tanpa tulisan, kertas putih ini menjadi simbol universal ketidaksetujuan terhadap otoritas.

Menurut Stanley Rosen, Guru Besar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari University of Southern California, lembar kertas kosong memungkinkan interpretasi luas yang tidak bisa dilarang pemerintah. “Semua orang tahu, kalau ada kertas putih, itu tandanya sedang ada protes,” ujar Rosen kepada The New Yorker (2 Desember 2022).

Narasi One Piece sebagai Kritik terhadap Ketidakadilan

Tak sedikit penggemar One Piece menafsirkan perjalanan tokoh Luffy sebagai metafora perjuangan melawan sistem yang korup, hukum yang timpang, dan penguasaan informasi oleh segelintir elit. Serial ini menjadi inspirasi perlawanan terhadap otoritas yang represif, memotivasi publik untuk menuntut keadilan dan menolak dominasi kekuasaan absolut.

Nilai-nilai dalam One Piece seperti kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas tampaknya mampu menyentuh perasaan publik lintas negara dan budaya. Maka tak heran, bendera One Piece kini menjelma sebagai simbol perlawanan global terhadap ketidakadilan.