HONG KONG – Aktivis demokrasi senior asal Macau, Au Kam San, ditangkap pada Kamis (31/7) atas tuduhan berkolusi dengan kekuatan asing untuk membahayakan keamanan nasional. Penahanan ini merupakan kasus pertama yang diketahui di bawah undang-undang keamanan nasional yang berlaku di wilayah administratif khusus tersebut.

Au, 68 tahun, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam gerakan demokrasi Macau. Ia pernah menjabat sebagai legislator selama hampir dua dekade.

Dalam pernyataan resmi, Kantor Kejaksaan Umum Macau menyatakan bahwa penahanan sementara terhadap Au dilakukan setelah penyelidikan awal atas penangkapannya di kediamannya sehari sebelumnya.

“Siapa pun yang berupaya mengganggu keamanan nasional akan dimintai pertanggungjawaban penuh,” demikian pernyataan tersebut, seraya menegaskan tekad untuk “melawan kekuatan musuh hingga akhir.”

Menurut kepolisian, Au diduga menjalin komunikasi dengan organisasi asing anti-Tiongkok sejak tahun 2022 dan dituduh menyebarkan informasi palsu dan hasutan guna membangkitkan kebencian terhadap pemerintah Tiongkok.

Pihak berwenang juga menuduh Au menyebarkan informasi yang menyesatkan kepada berbagai kelompok, serta berusaha mengacaukan pemilihan kepala eksekutif Macau tahun 2024, dan memprovokasi tindakan bermusuhan dari negara-negara asing terhadap wilayah tersebut.

Selama bertahun-tahun, Au telah vokal menyuarakan reformasi demokrasi dan penguatan masyarakat sipil di Macau — wilayah kecil yang kembali ke pangkuan Tiongkok dari Portugal pada 1999, dua tahun setelah Hong Kong diserahkan oleh Inggris ke Tiongkok.

Berbeda dengan Hong Kong yang pernah mengalami gelombang protes besar terhadap kekuasaan Partai Komunis Tiongkok pada 2014 dan 2019, gerakan oposisi di Macau cenderung berada di pinggiran, dengan kontrol politik yang ketat dari pemerintah pusat.

Macau sendiri berkembang menjadi salah satu pusat perjudian terbesar di dunia, dengan pendapatan kasino melebihi Las Vegas. Namun, perkembangan pesat ini turut dibayangi sejumlah kasus korupsi, termasuk yang melibatkan pejabat senior seperti Ao Man Long dan Ho Chio Meng.

Au juga dikenal aktif memimpin unjuk rasa dan mengkritisi tata kelola yang tidak transparan serta kesenjangan sosial yang meningkat, meski kota berpenduduk sekitar 680.000 itu mengalami lonjakan pendapatan sektor perjudian.

Ia turut mendirikan beberapa kelompok pro-demokrasi dan sebelumnya bekerja sebagai guru sekolah. Jason Chao, aktivis asal Macau yang kini berbasis di Inggris, mengatakan bahwa Au hanya pernah membuat unggahan online yang “sedikit kritis” terhadap pemerintah Tiongkok dan Macau.

“Penangkapan ini akan memberikan efek gentar yang mendalam bagi masyarakat Macau,” ujar Chao kepada Reuters.

Penahanan Au terjadi seiring dengan upaya berkelanjutan pemerintah Hong Kong untuk memberangus oposisi melalui dua undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan sejak 2020. Undang-undang tersebut telah digunakan untuk menahan aktivis, membubarkan media liberal, serta menekan kelompok masyarakat sipil.

Berbeda dengan Hong Kong yang mendapat reaksi publik besar atas langkah-langkah otoriter Beijing, Macau berhasil memberlakukan undang-undang keamanan nasional pada tahun 2009, yang kemudian diperkuat pada 2023 tanpa perlawanan besar dari publik.