Para perempuan mempersiapkan rumah mereka untuk menyambut dan menampung tamu, yang akan tinggal selama beberapa hari atau bulan tergantung kesepakatan mutaweef, wakeel, dan jemaah.
“Hubungan antara jemaah dan mutawef solid dan tidak dikendalikan karena kepentingan ekonomi,” kata jurnalis yang fokus ke isu haji dan umrah Faten Hussein.
Lebih lanjut, Hussein mengatakan hubungan itu lebih terjalin karena ikatan manusiawi, spiritual, dan agama.
Profesi tersebut diwariskan dari generasi ke generasi dan dianggap sebagai kehormatan untuk melayani dan membantu para jemaah.
Di hari sebelumnya pada 8 Dzulhijjah, para lelaki di seluruh kota akan mengumpulkan makanan, tenda, hingga perlengkapan. Mereka lalu membimbing jemaah dari Masjidil Haram ke Mina.
Para jemaah haji di Mina melakukan beberapa kegiatan di antaranya bermalam atau mabit di Muzdalifah dan melempar jumrah.