Alhasil, meskipun saat musim kemarau matahari bersinar terang tanpa hambatan awan pada siang hari, tetapi udara dingin dari aliran monsun Australia lebih dominan memengaruhi penurunan suhu udara pada siang hari tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, fenomena bediding bisa saja sudah dialami sejumlah warga di daerah tertentu. Namun, secara tanda-tanda dan catatan suhu, belum menunjukkan terjadinya fenomena tersebut.

“Fenomena bediding itu sebenarnya kan perubahan suhu yang ekstrem. Ditandai suhu udara dingin menjelang malam sampai pagi hari, lalu pada siang hari melonjak panas lagi,” kata Guswanto, melansir CNBC.

“BIasanya terjadi di akhir Mei, awal Juni, Juli dan Agustus,” imbuhnya.