Jakarta — Iran tetap jualan minyak mentah meski tengah perang dengan Israel. Jualan mereka lakukan untuk mempertahankan pendapatan negara dari ekspor minyak.
Strategi khusus disiapkan untuk mengamankan penjualan minyak, salah satunya memaksimalkan ekspor ke China.
Mengutip Reuters, Jumat (20/6), sampai saat ini jalur laut pengiriman minyak ke China masih aman dan belum ada gangguan. Data terbaru dari perusahaan analisis Kpler menunjukkan Iran telah memuat 2,2 juta barel minyak per hari sepanjang minggu ini.
Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lima minggu terakhir.
Strategi utama Iran adalah memuat kapal tanker secara bergiliran satu per satu di pelabuhan Kharg Island, fasilitas ekspor utama yang berlokasi jauh di dalam Teluk Persia.
Seluruh muatan minggu ini hanya menggunakan dermaga timur pulau tersebut. Dermaga itu dianggap lebih aman dibandingkan dermaga barat yang terbuka ke perairan lepas.
Selain itu, Iran memindahkan sebagian besar armada penyimpanan minyak terapungnya, yang terdiri dari 40 juta barel di 36 kapal tanker, lebih dekat ke perairan China.
Menurut perusahaan pelacakan kapal Vortexa, saat ini sekitar sepuluh kapal yang membawa sekitar 8 juta barel minyak Iran berada langsung di lepas pantai China, meninggalkan sekitar 20 juta barel lainnya di sekitar Singapura.
Meskipun terjadi serangan rudal dan sasaran infrastruktur energi di kedua negara, termasuk kilang minyak Haifa di Israel dan ladang gas South Pars di Iran, fasilitas ekspor utama di Kharg Island belum terkena dampak langsung.
Dengan strategi ini, Iran berupaya memastikan pasokan minyak tetap stabil dan menghindari gangguan dalam menghadapi sanksi serta konflik militer yang berlangsung.
Teheran sekaligus ingin mempertahankan posisinya sebagai produsen minyak utama di OPEC dan pemasok energi utama bagi China.