Salah satu jemaah haji dari Magetan, Embarkasi Surabaya Agus Mustofa saat ditemui di Rawaf Mina Indonesia (4) Kafilah 52 menceritakan pengalamannya, Ia menemani ibunya berangkat haji.

“Untuk fasilitas makanan dan minuman yang disediakan pihak penyelenggara haji tidak ada kekurangan, makanan minuman berlimpah, hanya saja yang perlu menjadi catatan pemerintah adalah kekacauan layanan transportasi bus yang tidak memadai untuk mengangkut jemaah haji dari Muzdalifah,” kata Agus.

“Rombongan saya akhirnya memilih untuk berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina tengah malam karena tidak adanya kepastian bus berangkat dan kondisi lalu lintas menuju Muzdalifah padat. Dan bukan hanya rombongan kami saja banyak rombongan lain yang melakukan hal yang sama,” imbuh Agus.

Di sisi lain, seorang jamaah haji asal Jember yang tak ingin disebutkan namanya mengaku ia terpisah kafilah camp dengan istrinya di Mina. Ia berharap panitia penyelenggara ibadah haji mampu menangani kendala-kendala seperti ini ke depannya.

Sebagian besar keluh kesah jemaah haji adalah masalah manajemen transportasi pengangkutan menuju ke Mina, pembagian kartu nusuk yang lama, serta tempat tidur di dalam tenda saat di Mina yang tidak cukup hingga mengakibatkan beberapa jemaah harus berbagi dengan jemaah lainnya.

Jelang magrib, antrean WC mengulur panjang. Para jemaah bersiap mandi dan mengambil wudhu untuk salat berjamaah di dalam tenda/camp masing-masing.

Sementara tenda/camp wanita disibukan dengan pendistribusian nasi kotak untuk makan malam beserta buah-buahan.