Padahal, menurut Ian, anak yang sudah kenyang sebelum tidur dan tidak dalam kondisi sakit umumnya akan tetap bisa tidur lelap tanpa harus bangun karena lapar. Jika pun terbangun, maka itu hanya bagian dari siklus tidur alamiah.
Orang tua diimbau bisa membedakan antara anak yang bangun karena lapar dan anak yang bangun karena siklus tidur. Hal ini penting agar tidur anak tetap berkualitas dan hormon pertumbuhan tetap bekerja secara optimal.
“Biarkan saja dulu selama 2 sampai 5 menit. Banyak anak yang bisa kembali tidur sendiri tanpa bantuan,” ujar Ian.
Jika setelahnya si kecil tetap menangis, Ian mempersilakan orang tua untuk menenangkan si kecil. Namun dengan catatan, tidak memberikan stimulus berlebihan.
“Tidak perlu langsung diberi susu, kecuali benar-benar terlihat lapar,” ujar dia.
Pentingnya tidur nyenyak
Produksi hormon pertumbuhan diketahui meningkat drastis saat anak berada dalam fase tidur nyenyak, bukan saat mereka terbangun atau dalam kondisi setengah sadar. Interupsi atau stimulasi apa pun di waktu-waktu kritis justru bisa menghambat proses pertumbuhan yang seharusnya berlangsung alami.
Karena itu, orang tua disarankan lebih fokus untuk memastikan kebutuhan dasar anak sudah terpenuhi sebelum tidur, seperti makan malam yang cukup, kenyamanan tidur, serta suasana yang tenang.
Membangun rutinitas tidur yang konsisten tanpa intervensi berlebihan dapat membantu anak memiliki kualitas tidur yang baik setiap malam. Dari situ lah, tumbuh kembang optimal dimulai.
“Biarkan anak tidur dalam (nyenyak). Jangan paksakan keinginan orang tua untuk membangunkan anak di jam-jam tersebut kecuali [jika] ingin tumbuh kembangnya tidak optimal,” pungkasnya.