Li menambahkan kemampuan manufaktur China yang kuat juga turut mendukung ekspor produk Labubu ke berbagai pasar internasional.

Tren ini semakin diperkuat oleh tingginya minat kolektor di pasar lelang. Pada Selasa (10/6), sebuah boneka Labubu warna mint setinggi 131 cm karya seniman Kasing Lung terjual seharga 1,08 juta yuan atau Rp2,4 miliar dalam lelang yang digelar oleh Yongle Auction di Beijing.

Boneka Labubu edisi terbatas berwarna cokelat juga laku terjual dengan harga 820 ribu yuan atau setara Rp1,8 miliar. Total nilai transaksi dari lelang bertema seni koleksi Labubu ini mencapai 3,73 juta yuan atau Rp8,4 miliar, dengan seluruh 48 item terjual habis dalam waktu dua jam.

Lelang ini menjadi lelang seni bertema Labubu pertama di dunia, sebagai bagian dari Spring Auction 2025 Yongle Auction.

Selain Pop Mart, merek mainan China lain juga mencatat sukses di pasar global. Top Toy kini memiliki lebih dari 280 toko secara internasional, dan pada 2024 mengekspor 53 batch produk dengan nilai sekitar 47 juta yuan Rp106 miliar.

Sementara itu, menurut laporan People’s Daily Online, merek 52Toys mencatat pertumbuhan lebih dari 300 persen di Thailand, serta 220 persen di Asia Tenggara secara keseluruhan.

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa industri mainan tren China masih memiliki potensi besar di pasar global.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh National Academy of Economic Strategy dari Chinese Academy of Social Sciences, nilai pasar diprediksi mencapai 110,1 miliar yuan atau Rp248,38 triliun pada 2026, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata di atas 20 persen.