Pada 1992, ia menikahi istrinya Kim Hye Kyung dan memiliki dua orang anak.

Setelah nyaris dua dekade menjadi pengacara HAM, Lee pun memutuskan untuk terjun ke dunia politik pada 2005 dengan bergabung dengan Partai Uri yang beraliran sosial-liberal.

Rekam pendidikannya yang buruk membuat Lee dihujani cemoohan oleh anggota kelas atas Korea Selatan. Namun, ia memperoleh banyak dukungan dari kelas pekerja dan mereka yang merasa kehilangan haknya oleh elite politik.

Pada 2010, Lee terpilih sebagai wali kota Seongnam. Ia meluncurkan serangkaian kebijakan kesejahteraan gratis selama masa jabatannya yang membuat dia lanjut menjadi gubernur Provinsi Gyeonggi pada 2018.

Lee dibanjiri pujian karena tanggapannya terhadap pandemi Covid-19. Ia berselisih dengan pemerintah pusat karena mendesak agar seluruh penduduk provinsinya menerima bantuan.

Dilansir dari BBC, masa inilah yang membawa Lee menjadi kandidat presiden terakhir dari Partai Demokratik Korea. Namun, ia kalah dengan selisih 0,76 poin. Tak sampai setahun kemudian, Lee pun didapuk sebagai pemimpin partai pada Agustus 2022.

Bersambung ke halaman berikutnya…

Kasus Hukum

Sebagai pemimpin partai, makin banyak pihak yang berusaha menjegal Lee. Berbagai skandal dan kontroversi muncul, termasuk insiden mengemudi dalam keadaan mabuk pada 2004, perselisihan dengan kerabat pada akhir tahun 2010, dan tuduhan perselingkuhan pada 2018.

Sebelum menjadi pemimpin Partai Demokratik, Lee sendiri dikenal sebagai sosok yang vokal. Ia pernah mengkritik eks Presiden Park Geun Hye pada 2016, yang tak lama kemudian dicopot dari jabatan karena skandal korupsi.