Jakarta — Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) telah menyatakan enggan masuk dalam bursa calon ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Jokowi secara lugas juga mengatakan dirinya lebih memilih untuk bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

PPP dan PSI saat ini tengah sama-sama mempersiapkan gelaran pemilihan calon ketua umum mereka untuk periode mendatang.

PPP bakal memilih ketua umum pada Muktamar yang akan digelar September 2025. Sedangkan, PSI akan kembali memilih calon ketua umumnya pada Kongres tahun ini meski Kaesang Pangarep baru menjabat selama dua tahun sejak 2024 lalu.

“Enggak lah. Di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi,” ujar Jokowi usai Salat Idul Adha di Solo, Jumat (6/6).





“Saya di PSI saja lah,” imbuhnya.

Buntut pernyataan Jokowi itu, PPP mengaku tak ambil pusing. Sementara PSI menyatakan siap membuka pintu lebar bagi Jokowi.

Pernyataan Jokowi itu juga dianggap sebagai sinyal Jokowi bakal bergabung dengan PSI. Jokowi berpeluang besar menjadikan PSI sebagai kendaraan politiknya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan bergabungnya Jokowi ke PSI sebenarnya hanya bentuk formalitas semata. Sebab, selama ini Jokowi sudah sangat identik dengan PSI.

Adi menyebut ada tiga hal mengapa Jokowi dan PSI ini identik. Pertama, selama ini kiblat politik PSI adalah Jokowi.

Kedua, basis konstituen PSI juga adalah orang-orang yang tegak lurus dan loyal kepada Jokowi. Dan ketiga, PSI selama ini juga menjadi garda terdepan saat Jokowi dihantam berbagai kritik oleh sejumlah pihak.