Asa aktivis di pohon ratapan

Saya lanjut menelusuri tempat eksekusi narapidana. Cat putih yang mengelupas dan kemerahan bara tampak di bangunan eksekusi.

Persis di samping gedung eksekusi terdapat pohon ratapan atau yang disebut wailing poplar tree. Para aktivis yang akan dieksekusi kerap meratapi dan memeluk pohon itu karena sedih Korea tak kunjung merdeka.

Namun, saat saya ke sana pohon itu sudah ditebang. Hanya ada batang pohon dengan warna coklat tua kehitaman di samping gedung nyaris serba putih. Perpaduan warna yang begitu kontras. Area ini menyiratkan begitu banyak kesedihan, tragedi, dan sisa-sisa harapan seujung jari.

Tak jauh dari gedung tersebut, ada pohon yang mungkin baru beberapa tahun lalu ditanam. Batang pohon tak setebal pohon yang sudah ditebang dan belum terlalu rimbun.

Saya juga menelusuri ruangan eksekusi itu. Di sini, pengunjung tak boleh mengambil gambar, atau berisik. Ruangan eksekusi mirip ruangan persidangan. Ada dua kursi panjang, satu hadap ke depan dan satu lagi di sebelah kanan.

Di dalam ruangan itu tampak pula pagar pembatas dari kayu. Di depan pagar pembatas ini tergantung tali dan tepat di bawahnya meja dengan ukuran kecil.

Di belakang ruang eksekusi itu, terdapat lorong gelap dan panjang yang pakai untuk membuang para narapidana setelah dieksekusi.

Semangat juang dalam mangkuk

Di Seodaemun Prison History Hall juga terdapat monumen memorial Gedensktein/Denkma atau dikenal bowl of national spirit.

Tugu peringatan tersebut menghormati para pejuang yang gugur di Penjara Seodaemun saat melawan penjajahan Jepang. Nama 165 pejuang yang gugur terukir di mangkuk itu.